Jumat, 24 September 2010

Selamat ulang tahun (cerpen)

..waktu bertahanlah sejenak, aku hanya ingin mengucapkan sebuah kalimat sederhana, selamat ulang tahun..


-------

Sambil memandangi langit-langit kamar, aku terus memutar-mutar handphone di tangan kananku. Ada berbagai macam pikiran yang sedang mengusikku saat ini. Pikiran yang berpusat pada satu nama.

Aku melirik jam dinding. Pukul 22.30, cukup larut, untukku yang besok masih harus bangun pagi untuk sekolah. Namun untuk sebuah alasan yang sejak tadi ada di dalam otakku, aku berusaha mempertahankan kelopak mataku agar tidak tertutup sekarang, karena ini belum saatnya.

“Sebentar lagi..” gumamku sambil terus-terusan melihat jam dinding dan juga handphoneku. “Cuma satu setengah jam lagi, dan abis itu elo bisa tidur..” lanjutku layaknya orang gila, berbicara sendiri malam-malam begini.

Tidak banyak yang aku lakukan. Aku hanya diam di atas kasurku, memeluk gulingku dan berlindung di bawah selimutku. Sesekali aku mengetuk-ngetukkan jari-jariku di atas kasur, sekedar untuk membuang waktu.

Belum ada satu jam berlalu, mataku sudah hampir terpejam. Dan itu menyebalkan. Hei, aku tidak ingin semuanya menjadi sia-sia di saat-saat yang paling mendekati seperti sekarang ini, bisikku lantang setengah marah, pada hatiku sendiri.

Dengan menahan ngantuk yang teramat sangat, aku terus berusaha untuk terjaga. Untuk sebuah pesan kecil, pesan kecil yang harus aku sampaikan saat ini juga. Dan harus di waktu yang tepat.

Meski hanya nyamuk-nyamuk menjengkelkan yang menemaniku, tapi aku terus berusaha bertahan. Layaknya sebuah tim sepak bola kampung melawan chelsea. Atau seperti, olga melawan chris jhon mungkin ?

Lagi-lagi aku melirik handphoneku, dan senyum tipis terpeta di bibirku ketika, aku sadar waktu yang aku tunggu akan segera tiba. Hanya lima menit lagi. Ahh, jadi terdengar seperti lagu dangdut, pikirku.

Buru-buru aku beranjak dari kasurku, dan berjalan ke arah balkon kamar. Untung malam ini aku tidak sedang memakai hot pants atau tank top sehingga angin malam yang berhembus tidak terlalu terasa menusuk kulitku, meski tetap saja ia menyelip di sekitarku tubuhku.

Aku menyiapkan sebatang lilin berwarna putih dihadapanku, lantas menyalakan api di atasnya. Dalam hati, aku mulai menghitung mundur. Lima..empat..tiga..dua...

Piipp..piippp...pipppp..

Tanda alarm handphoneku berbunyi dan langsung aku matikan. Aku menatap lilin di hadapanku. Tersenyum sejenak sebelum aku pejamkan mataku, untuk sepatah dua patah doa.

“Hanya ini, yang bisa aku lakukan untuk kamu. Semoga kamu selalu baik-baik saja, dan bahagia. Semoga dia siapapun yang ada disampingmu sekarang, bisa selalu membuatmu bahagia. Semoga kamu, tidak pernah mengecewakan siapapun yang menyangimu, dan semoga kebahagiaan tidak pernah menjauh dari kehidupanmu..”

“Fiuhhh..” dalam sekali tarikan nafas, aku langsung meniup lilin di hadapanku itu.

“Selamat ulang tahun, Radit..” sambungku, kali ini seolah berbisik pada angin, sambil berharap diam-diam, desisnya akan membawa ucapanku untuk dia yang dari tadi aku tunggu hari kelahirannya, untuk dia yang mungkin saat ini sedang lelap tertidur dengan berpuluh-puluh ucapan selamat yang masuk ke handphonenya, atau dia yang mungkin saat ini sedang penuh dengan tepung serta air juga olesan krim dari surprise partynya.

Aku kembali ke kamar, dan kembali ke atas ke ranjangku. Kembali memeluk gulingku, dan juga berlindung di bawah selimutku. Kembali membenamkan diriku, di duniaku, bukan dunianya, dan tentu saja bukan dunia kita.

Hanya ini. Hanya untuk ucapan selamat ulang tahun dan aku telah terjaga hingga hari berganti. Hanya untuk doa panjang umur dan aku tidak terlelap sejak tadi meski aku bisa. Hanya untuk ungkapan rasa syukur yang aku lakukan dengan diam-diam dan sendiri.

Untuk dia. Untuk Radit. Untuk masa lalu yang tidak pernah hilang. Untuk cinta yang masih ada. Untuk sebuah keinginan semu namun menggebu. Aku ingin menjadi pengucap pertama di tahunnya yang ke 17, dan ternyata aku bisa. Meski aku tahu, ia tidak tahu.

Aku bisa ke rumahnya sekarang jika aku mau. Aku juga bisa menelponnya jika aku ingin. Atau seperti yang lain, aku juga bisa mengirimkan pesan padanya. Namun aku tidak ingin menjadi biasa. Lagipula aku tahu. Bukan statusku lagi untuk menjadi ‘siapa’ yang pertama mengingat ulang tahunnya, meski memang itu yang terjadi.

Apa aku gila ? tentu saja tidak. Aku seratus atau malah seribu persen sadar atas apa yang baru saja aku lakukan. Meniup lilin untuk ulang tahun orang lain. Aku rasa seseorang yang gila tidak mungkin akan punya pikiran sekeren itu.

Puas dengan apa yang aku lakukan tadi. Dengan segera aku menuju alam mimpiku, yang memang sudah menanti sejak tadi namun sengaja aku tahan. “Sekali lagi selamat ulang tahun..” desahku pelan sebelum benar-benar terlelap.

-----

Sambil mengikat rambutku, aku memperhatikan kantung mata yang tergambar di wajahku, hadiah dari perbuatan semalam. Rasanya aku masih mengantuk. Ahh, seandainya sekolah mau mengerti semalam aku baru saja melakukan hal ajaib dan bersedia memberiku ijin karenanya. Khayalan yang bodoh, aku tahu.

Aku mengambil tas dan jam tanganku, sudah jam enam lebih, dan aku akan terlambat jika tidak buru-buru berangkat. Sedikit tergesa-gesa, aku langsung pergi ke sekolah. Di jalan, lampu merah menghentikan mobilku sejenak, aku merogoh handphoneku di tas, mengeluarkannya, dan segera mengetikkan sebuah pesan singkat.

To : Radit

Happy birthday yaa, wyatb :)

.TAMAT.

Ahahaha..krik banget ya ini cerpen -___-“

Okee, di tulis tiba-tiba, lagian ini juga udah jam setengah dua belas malam, jadi kalo otak gue random dan menghasilkan tulisan aneh macem ini, jangan salahin gue, tapi salahin kenapa kok dibaca juga tulisan gaje ini (?) haha.

Gue juga enggak tahu ini apa, dibilang cerpen, aneh, tapi dibilang bukan, ini emang cerpen, haha. Yaa, kalo terlanjur baca, nikmatin ajalah.

Dan kalo ada yang tahu, cerpen ini memang judulnya sama, kaya salah satu cerpen dari buku “Rectoverso”-nya dewi lestari. Tapi gue berani jamin, isinya beda banget, lagian gue masih jauh banget kalo di bandingin sama dewi lestari dan bahasa dewanya.

Makasih untuk sebuah kenangan dan cerita, untuk sebuah masa dan waktu, cerita ini terlahir darisana, dari sebuah cerita klasik yang mengendap di dalam jiwa.

2 komentar:

  1. Izin copas ceritanya gan. Buat ucapan ultah sahabatku. .
    😄😊

    BalasHapus
  2. Izin copas ceritanya gan. Buat ucapan ultah sahabatku. .
    😄😊

    BalasHapus