Rabu, 03 Oktober 2012

For My Lovely D&D....THANKYOU!!!


Haloooo...

This is october lhoh, my bhirtday is getting near...and too bad I don’t want to be old. Huft. HAHAHAHA.

Enggak, bukan itu yang mau gue bahas tapinya. Gue mau cerita soal, uhm...dua sahabat gue, Dita dan Dita. HEHEHE. Bukan, bukan dita yang sering gue bahas di postingan sebelumnya. Yap. Gue memang super jodoh sama nama ‘Dita’ karena gue punya tiga sahabat yang namanya sama-sama Dita. Sampai gue pernah sumpah gue enggak akan namain anak gue dengan nama ‘Dita’ HAHAHA.

D&D ini [hahaha entah kenapa ini semacem merk apa gitu] dua orang dari sekian banyak orang yang mewarnai masa SMA gue. Kita bertiga ketemu di kelas dua dan butuh sedikit waktu untuk jadi akrab, tapi singkat cerita, pelajaran ‘High Learning’ yang super ngebosenin jadi waktu-waktu yang kemudian bikin kita jadi super deket.

Dita Fitri yang gue panggil “ta” dan Dita Ardiarini yang gue panggil “dit” ...............HAHAHA super ngga ngaruh sih, tapi mereka kadang protes lhoh kalo gue manggilnya ke balik, padahal kan bukan salah gue ya, salah mereka kenapa namanya sama #eh.

Setelah kita lulus SMA, alhamdulillahnya kita bertiga masih berhubungan baik banget, dan di tulisan ini, yang memang gue tulis khusus buat mereka, gue mau bilang makasih banyak buat mereka berdua. Bukan berarti gue enggak mau bilang makasih sama sahabat gue yang lain, karena buat gue semua sahabat yang gue punya adalah orang-orang terhebat, sabar, pengertian, dan super tahan sama sikap dramaqueen gue.

Tapi, ada kejadian sekitar awal bulan lalu, dimana gue lepas kontrol sama diri gue sendiri, dimana gue lagi-lagi entah untuk keberapa kalinya menarik diri dan sibuk sama dunia ketakutan gue sendiri. Dan akhirnya, gue memutuskan untuk ketemu sama mereka berdua...

Untuk pertama kalinya setelah hampir tiga tahun kita kenal dan dekat, gue berusaha untuk ceritain semua yang mau gue ceritain, gue berusaha untuk menunjukkan setiap kelemahan yang gue punya dan selama ini gue tutupin, gue berusaha untuk nyimpen rasa malu dan ngeluarin apapun yang gue mau mereka untuk dengar.

Dan mereka dengan penuh sabar, dengerin setiap kata dan kalimat yang gue ucapin, bahkan setelah selesai pun, mereka enggak ngomong banyak tapi rasanya gue masih inget pelukan yang mereka kasih untuk gue hari itu, mereka enggak ngejudge dan mereka juga enggak kasih gue kata-kata ala Mario Teguh tapi bayang-bayang air mata dan ketulusan yang gue lihat di mata mereka hari itu, bikin gue sadar,

I’m not alone and I’m worth it.  

Gue bukan orang baik, tapi Tuhan kasih gue sahabat-sahabat yang super yaitu mereka semua, ya...walaupun super juga gilanya. Mereka berdua [ataupun sahabat gue yang lain] enggak selalu ada di sisi gue, jujur..kadang bahkan gue lupa sama mereka ketika gue bahagia atau ketika gue lagi ngerasa hidup ini indah banget.

Tapi anehnya, walaupun gue super nyebelin gitu, mereka bisa aja tuh tiba-tiba muncul disaat gue lagi bener-bener butuh sandaran atau pelukan. Walaupun kadang karena gue enggak mau kelihatan lemah di depan mereka sampai akhirnya gue menolak kehadiran mereka, mereka tetap aja bertahan dan sabar nungguin gue,

They’re just awesome, cause they’re never give up on me.

Lagu-lagu dari Secondhand Serenade dan Last Child, selalu mengingatkan gue sama Dita Ardiarini. Karena dia orang yang ‘mengenalkan’ gue sama lagu-lagu mereka itu, agak kontras sih ya, but...whatever. Di mata gue, dia itu susah untuk di baca, kadang gue ngerasa gagal lho jadi sahabatnya karena enggak pernah tahu apa-apa tentang dia tapi kok dia selalu ada aja saat gue butuh. Tapi gue belajar ini dari dia “life doesn’t get 
easier, but life teach us to be stronger” enggak, dia enggak pernah bilang ini ke gue, tapi dia nunjukkin itu dan well..itu yang gue dapet dari menjadi sahabatnya. Oh! Dan dia, diam-diam, suka baca cerita-cerita yang gue tulis HAHAHAHA.

Sementara You Belong With Me-nya Taylor Swift itu semacem soundtrack wajib buat gue sama Dita Fitri. Alasannya ? HAHAHAHA, semacam masa lalu yang sudah move on #eaaa. Gue lebih sering habisin waktu berdua sama anak ini, kita pernah les bahasa inggris bareng dan gue selalu ‘pulang’ ke rumahnya dia saat itu buat numpang makan siang. HAHAHA. Ada satu kalimat dari dia yang buat gue nyentuh banget, “you are someone who knows myself better than I know myself” kedengerannya memang gombal banget dan mungkin sekarang kalimat itu juga udah enggak tepat buat gue. Tapi itu salah satu kalimat yang akan gue ingat dengan jelas sepanjang hidup gue.

Kita bertiga jarang ketemu, jarang bbm-an, jarang mention-an, apalagi telpon-telpon-an. Tapi keberadaan mereka kemarin buat gue, bener-bener bikin gue merasa super beruntung. Mereka punya masalah sendiri dan mereka bisa jadi egois, tapi mereka milih untuk dengerin gue, dan kasih semangat buat gue.

Kata terimakasih atau kata sayang berapa kalipun yang gue ucapin buat mereka, gue rasa enggak akan pernah cukup untuk ngebales keloyalan mereka untuk selalu ada buat gue....

I’d be lost without my bestfriends, thankyou so much for stay here, for came and never left, for all the crazy things we did together, for being weird with me, for hugs and tons of love.
I LOVE YOU BOTH!!!!!!!!!!!!!!!!   



ps : ini foto kita bertiga pas wisudaan SMA hahaha, urutannya dita fitri-gue-dita ardiarini. foto kita bertiga yang lain adanya di bb gue tapi kabel data gue enggak tahu kemana...jadi.....anw kita aslinya super cantik lebih dari ini kok XOXO.

Jumat, 03 Agustus 2012

Say No To Bullying

uhm. enggak tahu juga kenapa pengen nulis ini. mungkin karena akhir-akhir ini banyak berita tentang pem-bully-an kali ya. sesuatu yang, enggak-akan-pernah-menjadi-keren untuk apapun alasannya. SAY NO TO BULLYING.

gue pernah merasa, gimana rasanya di bully, bukan secara fisik tapi lebih ke secara mental. pada saar itu, gue sendiri enggak merasa karena mungkin usia gue waktu itu bikin gue enggak berfikir sampai sana. tapi kalau sekarang gue inget lagi masa-masa itu, sedikit banyak momen-momen itu yang membuat gue seperti ini sekarang.

bokap gue seorang tentara angkatan udara, yang bikin beliau enggak pernah bertahan dinas si satu tempat untuk jangka waktu yang lama, so far, delapan belas tahun ini gue udah tinggal di lima kota dan tiga pulau besar yang berbeda di Indonesia.

momen perpindahan yang pertama itu dari Pekanbaru [Sumatra] ke Makasar [Sulawesi] saat gue berusia tiga tahun. saat baru pindah gue enggak punya temen sama sekali, menurut cerita nyokap setiap hari gue cuma bisa nangis. ada anak-anak seumuran gue di sekitar rumah, tapi setiap gue main sama mereka, gue akan selalu berakhir dengan di nakalin. entah gue yang lagi naik sepeda di dorong di jalan turunan, atau sepeda gue di mainin sama mereka dan guenya cuma pasrah ngelihat, ya..hal-hal semacam itu,

enggak lama, bokap gue di tugaskan ke Kupang dalam rangka pelepasan Timor-Timor waktu itu [1998] karena itu daerah konflik, gue, nyokap dan adek gue Gilang pindah ke rumah eyang putri gue di Yogya. gue masuk tk sekitar tiga bulan dan setelah itu gue masuk sd.

gue masuk sd kanisius yang terkenal disiplin dan 'keras' dimana murid-murid yang masuk kesana pada waktu itu hampir seluruhnya udah bisa membaca, menulis dan berhitung. sementara gue, yang selama tk di Makasar enggak pernah belajar hal-hal serinci itu dan belum lama tk di Yogya, masuk dengan status anak bodoh yang enggak bisa apa-apa. gue duduk di bangku kedua dari belakang dan sendirian, lagi-lagi gue enggak punya teman sama sekali, gue kaya 'outcast' di kelas gue sendiri, bahkan gue rasa sekarang enggak ada yang inget pernah sekelas sama gue.

setiap hari nyokap gue bawain bekal makanan, dan kalau istirahat gue cuma makan bekal itu depan kelas sambil ngelihatin teman-teman gue yang lain main tanpa ada yang peduli buat ngajak gue gabung, dan gue sendiri dengan rasa minder yang gue punya karena gue enggak sepintar mereka, gue merasa 'enggak pantas' juga untuk main sama mereka. saat itu tanpa sadar gue udah ada di posisi 'mental breakdown' karena lingkungan seperti itu. cara lain gue menghabiskan masa  istirahat adalah dengan ke perpustakaan, jadi..ya gue 'totally nerd' waktu itu, cuma tanpa kacamata dan kawat gigi besar aja ;p

beruntungnya, gue cuma perlu sekolah di sd itu selama enam bulan, ya..walaupun selama enam bulan itu gue merasa terasingkan dan sendirian, dan sejujurnya ini pertama kalinya gue ceritain ini jadi orang tua gue juga enggak ada yang tahu. bokap gue pindah tugas lagi, dan sekarang kita sekeluarga pindah ke Bandung.

gue masuk sd negeri di Bandung, dan ajaibnya pelajaran yang istilahnya udah gue pelajarin sampai bab 5 di Yogya baru sampai bab 3 di Bandung. jadi gue, seorang anak bodoh yang enggak punya temen di Yogya, tiba-tiba berubah jadi seorang anak pindahan pintar dari Yogya. dan gue punya temen, enggak cuma satu, tapi lebih dari itu, bahkan hampir satu kelas tertarik sama keberadaan gue. roda kehidupan berputar, eh ?

tapi keadaan itu malah bikin gue jadi punya sebuah pandangan, "oh, kalau gue pinter, gue enggak perlu lagi takut enggak punya temen." dan siapa sangka, pandangan ini akan terus gue bawa sampai bertahun-tahun kemudian dari sejak hari kepindahan gue itu.

gue di Bandung sampai kelas 4sd, melewati semuanya dengan bahagia-bahagia aja, dan akhirnya gue pindah ke Jakarta. dengan rasa percaya diri yang udah melekat di diri gue, gue enggak punya masalah berarti dengan adaptasi di Jakarta, walaupun sayangnya gue juga bukan tipe yang gampang akrab, tapi gue melalui masa sd gue di Jakarta dengan nyaman dan gue masih punya beberapa teman yang sampai hari ini masih sering main sama gue.

masalah terulang pas SMP, gue masuk ke sebuah SMP negeri unggulan dimana cuma ada 5orang termasuk gue dari sd gue sebelumnya. dengan kata lain, ini jadi sebuah fase yang bener-bener baru lagi buat gue. temen-temen yang gue temuin saat itu kebanyakan udah punya geng [yeah...anak smp = geng :3] yang terdiri dari temen-temen sd mereka sendiri dan gue enggak bisa sok asik untuk gabung gitu aja.

menjelang semester pertama berakhir, gue dipanggil ke ruang BP, bukan karena gue nakal atau karena bermasalah, tapi karena sebelumnya guru BP gue bikin semacam voting, setiap anak di kelas harus nulis nama tiga orang yang paling dekat sama mereka, dan nama gue cuma ditulis sama satu orang dan dia adalah teman sebangku gue sendiri. ya, sekali lagi, setelah enam tahun berselang gue kembali menjadi 'outcast' di kelas gue.

kalau ditanya rasanya kaya apa, saat itu gue cuma ngerasa, "gue separah ini ya ?" dan lebih dominan rasa malunya, karena di panggil BP dengan masalah enggak-bisa-bersosialisasi-dengan-baik.


akhirnya gue kembali ke prinsip gue, kalau gue harus pinter biar orang mau temenan sama gue. dan masalahnya, jadi pinter di SMP itu enggak semudah yang gue kira. sampai gue memilih fokus sama mata pelajaran kesukaan gue, Bahasa Indonesia. gue bahkan merasa senang kalau temen gue dateng ke gue cuma untuk nyontek pr atau tugas atau apapun yang ada hubungannya dengan mata pelajaran itu, karena pada saat itu gue merasa kalau keberadaan gue enggak sia-sia, kalau orang tahu gue ada dan gue butuhin.

poin yang mau gue tegasin dari cerita gue di atas, sekecil apapun, baik itu tindakan ataupun kata-kata apa aja, yang kita keluarin ke orang lain tanpa kita sadar, kita bisa aja ngancurin rasa percaya dirinya, dan itu yang terjadi sama gue. gue enggak tahu rasanya di bully secara fisik [dan enggak mau juga] tapi apa yang gue rasain dari gue kelas satu di Yogya saat itu, tittle 'anak bodoh' yang melekat di diri gue hari itu, bikin mental gue jatuh, dan gue juga jadi punya penilaian ke diri gue kalau "iya..gue memang bodoh kaya apa yang mereka bilang".

dan pandangan yang akhirnya terbentuk dari serangkaian situasi itu, mungkin awalnya bagus karena memacu gue untuk semangat belajar, tapi kesininya, gue menjadikan itu senjata untuk bertahan. gue enggak peduli orang inget nama gue, manggil gue, deketin gue cuma saat mereka butuh ilmu yang gue punya, yang gue peduliin cuma gue mau orang mengakui gue ada, dan percaya deh, itu rasanya melelahkan banget. karena mau enggak mau, gue harus terus berusaha untuk bisa ngasih yang terbaik, karena kalau gue gagal sekali aja, orang enggak akan datang lagi ke gue, dan gue enggak mau itu terjadi. sesuatu yang menjadi akar, dimana kemudian harinya, gue enggak bisa terima kata kegagalan.

karena bagi gue, gagal = dijauhin. sesederhana itu tapi gue enggak mau ngalamin itu lagi.

Allah sayang sama gue, makanya kelas satu menjelang naik ke kelas dua, gue ketemu sama orang-orang hebat yang sampai sekarang masih jadi sahabat gue, Dita, Listi, Galuh, yang enggak dateng cuma saat mereka butuh dan pergi saat gue gagal. dan gue sangat berterimakasih untuk itu. juga untuk sahabat-sahabat gue lainnya yang gue temuin di waktu-waktu berikutnya.

setiap orang punya hak yang sama, dan selain Allah/Tuhan enggak ada satu orang pun yang boleh men-judge orang lainnya baik secara verbal ataupun nonverbal cuma karena mereka terlihat lebih lemah. ada harga yang harus di bayar untuk itu semua.

gue bahagia hari ini sama hidup gue, pengalaman gue saat itu bikin gue belajar banyak hari ini, dan....setiap orang gue rasa perlu ngalamin apa yang gue alamin, pengalaman orang lain bisa jadi guru yang hebat juga untuk masa depan, iyakan ?

sekali lagi,

STOP BULLYING, ISN'T COOL, WASN'T COOL, AND WON'T BE COOL.

cheers @nindhiyaa

Minggu, 24 Juni 2012

what should I do ?

err..oke, besok senin gue mulai UAS selama seminggu dan harusnya malam ini gue belajar, bukannya buka laptop, nyalain modem dan kemudian blogging.

tapi...

huft. untuk 53671892034457 kalinya, gue benar-benar merasa 'terjebak' dalam posisi dimana gue merasa ini bukan apa yang gue mau. kuliah menjadi sesuatu yang paling absurd -lebih absurd daripada bahasan timeline tiap malam- yang sama sekali enggak gue ngerti.

gue tahu, gue kuliah untuk menjadi S1, sarjana komunikasi kalau melihat jurusan yang gue tekuni sekarang. tapi udah, sejauh itu doang, selebihnya gue enggak tahu empat tahun ke depan setelah lulus apa yang harus gue lakuin. kayanya capai gitu kalau harus terjebak di ruang kantor yang pengap, di balik meja dengan setumpuk berkas dan label deadline, bos yang annoying dan teman yang sibuk ngurusin urusan orang.

di postingan sebelum ini, gue sempat membahas tentang keinginan yang sekarang gue beri nama 'travelling-author' tapi terus gue juga semacam tertampar dengan pertanyaan, 'gila, mau makan pakai apa lo nin kalau enggak kerja dan cuma nulis-nulis non-sense dari satu tempat ke tempat lain ?!!"

so. gue sangat-amat tidak mengerti sebenarnya dengan hidup  yang gue jalani sekarang. gue bahkan tidak memiliki motivasi sama sekali untuk membaca handout-handout menyebalkan di sebelah gue ini dan memahami isinya yang diluar kemampuan gue. yang bikin gue daritadi tetap berusaha membaca materi zuper-ajaib ini cuma pemikiran 'gue enggak mau nangis karena dapet C....'

yap, gue cuma ngga mau nangis, ngga mau buang air mata gue sia-sia, tapi sekarang juga ngga bisa maksain belajar. ya Allah T-T

kadang, atau mungkin akhir-akhir ini menjadi sering, gue berharap, disini, di negara tercinta yang gue tinggalin sekarang, ngga ada orang yang memandang orang lain dari tingkat pendidikannya, ngga harus dapet A untuk semua mata kuliah biar di-cap pintar...

jadi,
gue
bisa
ngelepasin
semuanya
tanpa
mikirin
pandangan
orang
dan
tanpa
merasa
bersalah 
jalanin
apa
yang
gue
mau

.....sebagian orang bisa sukses dari hobinya kan ?

-cheers- @nindhiyaa

ps: ada yang mau minjemin otaknya buat uas besok ?

Minggu, 08 April 2012

Perjuangan & Pengorbanan (Antri tiket SS4Ina)

SuperShow4 Ina...

yap, akhirnya setelah sekian lama, setelah sekian kota dan negara di datengin, Indonesia atau lebih spesifiknya Jakarta dapet giliran untuk lihat Super Junior beraksi disini dalam lingkup Super Show.

dan entah harus bangga atau apa, gue dan teman-teman gue (kak Mel dan Prima) bergabung sama ELFs (dan calo-ers -_-) untuk mendapatkan tiket show tanggal 28 dan 29 itu di public sale kemarin (6-7 april).

dua hari ! ya.

terdengar lebai tapi gue akan menyebut apa yang telah gue lakuin kemarin dengan kata 'perjuangan' dan 'pengorbanan'. Pengorbanan gue sendiri sebenarnya udah gue mulai dari semenjak harga tiket itu di rilis, dengan range dari dua juta sampai lima ratus ribu, dan dengan pertimbangan segala macam, gue memutuskan untuk milih tiket Junior Vip yang satu juta empat ratus. Itu duit semua, dan gue sama sekali tidak mendapatkan subsidi. Silahkan tanya ke teman-teman kampus gue, gimana gue nggak tahu malunya mintain mereka makanan demi nabung nambahin duit buat ini semua #curcol #bukaaib

dari twitternya om sherwin dan showmaxx kita semua tahu kalau public sale ini akan di lakukan pada tanggal 7, dengan ketentuan D1 di jual mulai pukul 08.00 dan D2 di jual mulai pukul 13.30. Gue yang tinggal di daerah Halim langsung mikir, "oke, slipi doang, 40 menitan lah dari sini, subuh aja deh tanggal tujuh minta anterin bokap kesana" tapi...semua juga baca kan, tweet di hari selanjutnya yang bilang bahwa untuk D1 nomor antrian di bagikan sejak pukul 00.00 sementara D2 pukul 08.00. Baca itu, mengingat banyaknya ELFs di Jakarta (dan Indonesia) gue langsung bisa membayangkan gimana crowdednya, hotel sejak hari sebelumnya. Berbekal uang yang sebenarnya cuma cukup buat beli tiket, gue dan teman gue di atas, fix langsung booking kamar (yang langsung penuh untuk tanggal 6-7), tanpa pikir panjang sama sekali. Pengorbanan.

akhirnya, tanggal 6 april, gue dateng ke Twin hotel sekitar jam tigaan (setelah sebelumnya ketemuan sama kak Mel dan Prima di MTA, mereka berdua udah ada di hotel sejak jam SETENGAH DUA BELAS). Sampai disana, demi segala abs-abs di badannya Siwon, lobby hotel udah PENUH sama ELF yang siap tempur dan bahkan mereka TIDAK BOOKING KAMAR. Dengan pemikiran bahwa kita punya kamar (yang harganya bikin dompet tipis) akhirnya kita bertiga naik ke atas, dan istirahat sebentar, kita bahkan udah nyusun strategi ini itu, udah bakal turun jam segini, nanti ngantri gimana, udah pembagian tugas juga tentang ini itu, dan eng ing eng, semua itu gagal. Sekitar setengah lima, kita turun ke bawah dengan niat untuk ngecek perkembangan ELF yang dateng, bener-bener cuma mau ngecek, bahkan kita bertiga dateng dengan slippers hotel dan tanpa persiapan apapun,


yak ! tiba-tiba yang kita temuin adalah seperti gambar di atas. PENUH ! sebagian ELFs yang sudah datang dari sore bahkan siang itu udah di kumpulin sama promotor di satu ruangan. Kalau promotornya cuek, mereka bisa aja tetap mentelantarkan semua ELF yang sudah datang dan baru di urusin saat jam 00.00, tapi ini ENGGAK.

Sial adalah, cuma kak Mel yang turun ke bawah bawa dompet (dan id card tentu aja) sementara gue sama Prima cuma bawa hape. Akhirnya kita keluar berdua dari ruangan itu, Prima ke atas, sementara gue ngantri dari awal (lagi !) buat masuk ke dalam tempat yang sudah di sediakan. Prima turun, ngasih dompet gue dan dia masih harus ke receptionist buat nitipin uang tiket kita yang jumlahnya jutaan dan terlalu riskan kalau di tinggl di kamar, saat itu antrian gue mulai di masukin ke dalam dan Prima ketinggalan. Alhasil, kak Mel, gue dan Prima mulai kepisah.

Promotor dengan bijaksananya, mulai membagi siapa yang mau beli untuk tanggal 28 dan 29. Kita di barisin dan di kelompokin, untuk yang tanggal 28 di masukin ke dalam ballroom sementara yang tanggal 29 tetap di ruangan itu. Promotor mulai menjelaskan sistem penjualan tiket, dan malam itu juga sekali lagi menegaskan bahwa pembagian nomor antrian masih akan di lakukan sesuai rencana. Itu sekitar jam delapan malam, dan kita semua yang ada di kelompok hari 29 udah 'menyetujui' dan menyanggupi bakal duduk dan menunggu sampai 12 jam ke depan, karena nomor kita baru akan di bagi jam delapan besok paginya (tanggal 7).

malam itu ELF semakin BERDATANGAN, bahkan gue rasa semua yang punya twitter pasti tahu kan update-an betapa RAMAI-nya suasana Twin hotel malam itu. Tanpa mengurangi kesopanan gue, untuk yang tidak dapat tiket, tanya sendiri aja deh ke diri masing-masing kenapa malam itu nggak ikut 'berjuang' untuk datang dan mencoba masuk ke Twin hotel.

sampai jam 10 malam (tepat jam 12 KST dan ulang tahunnya uri Siwon) kita yang tanggal 29 masih tetap duduk di atas lantai dingin itu, dengan kegiatan menunggu, dan ya udah, nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Gue yang cuma bermodal dompet di tangan kanan dan bb di tangan kiri, cuma bisa nelen air liur ngeliat orang makan popmie di kanan-kiri gue, niup-niup uap panasnya yang bikin hidung gue emosi karena aromanya, ngeliat setianya para orang tua yang nungguin anaknya disitu dan menyuplai semua kebutuhan anaknya, ngeliat orang yang memang ga booking kamar jadi di dalam tas mereka udah siap semua peralatan 'tempur' bahkan ada yang bawa bantal segala. Sementara gue ? Semua barang gue di kamar, dan gue nggak bisa pergi kemana-mana.

jam 11 malam, dengan semakin membludaknya ELF yang menuhin Twin hotel, pihak promotor mutar otak mereka cuma buat gimana caranya semua ELF yang udah pada berkorban dan datang malam itu bisa masuk dan ketampung di dalam. Akhirnya kita K29 (kelompok 29) di bagi jadi dua kloter, kloter satu di masukin juga ke dalam ballroom (yang menjelang tengah malam itu sudah PENUH untuk D1) sementara kloter 2 (yaitu    barisan kak Mel, gue, Prima dan sekitar 300-400 orang lainnya) di pindah ke sebuah ruangan yang gue yakin tidak di persiapkan dulu sebelumnya, dan kita sebut Black Hole Room.

ruangannya tepat di samping kolam renang Twin hotel, tapi beda tower dari tempat promotor yang ada, temboknya warna hitam, lantainya warna hitam, langit-langitnya warna hitam. Suram di tambah suram. Tapi buat kita yang ada disitu dan masih peduli sama yang diluar yang nggak bisa masuk, itu lebih dari cukup, walaupun lagi-lagi kita harus temenan sama lantai yang dingin dan keras, seenggaknya kita tahu promotor berusaha bikin kita terlindung dari hujan yang mulai turun.

gue sama Prima sempat ke kamar mandi, dan kita penasaran liat ke bawah. Depan Twin hotel udah macet, dengan ELF menuhin di parkiran depan lobby bahkan sampai ke sebrang jalan, dan penjagaan polisi dimana-mana. sekali lagi gue tegasin, ini namanya perjuangan dan pengorbanan.

menunggu. Satu-satunya kata paling tepat buat menggambarkan apa yang kita lakuin di ruangan hitam itu. Beberapa orang mulai ada yang tidur, karena kita semua masih mikir kalau kita bakalan tetap ditahan disitu sampai jam delapan pagi. Jam 00.00 kita dapet info dari temen-temen yang ada di K28 kalau mereka udah mulai di bagi nomor dan formulir buat milih kelas apa (sesuai janji) tapi tiba-tiba dateng info lain yang bilang kalau yang ada di K28 juga bisa beli buat tanggal 29.

lo tahu, gue dan temen-temen gue ngerasa semakin suram aja di ruangan itu, gue, kak Mel, galuh (temen gue yang juga ikut ngantri) sempet turun ke bawah, nerobos hujan, cuma buat nanya tentang masalah pembagian kuota ticketing ini. Bisa bayangin nggak sih, betapa parno dan takutnya kita yang udah sama-sama disana sejak sore dan begadang kaya gitu, tiba-tiba nasibnya jadi kabur. Nggak cuma sekali kita bolak-balik ke bawah, bahkan kita yang di kloter dua ini sempet takut keduluan sama kloter tiga yang di juga di masukkin ke dalam ballroom, agar kloter yang selanjutnya (dan juga di luar) bisa masuk ke dalam.

gue masih inget banget, gue ngecharge bb di pojok ruangan yang sama sekali nggak ada lampunya, yang entah kenapa sudut itu bawahnya masih semen (bukan keramik), senderan di dinding dengan semua rasa capek dan pikiran bisa dapet tiket apa nggak, yang kalau boleh jujur, kalau bisa nangis rasanya gue udah mau nangis. gue sempet buka timeline, dan gue liat tweetnya Siwon yang thanks atau apalah itu buat ucapan hari ulang tahunnya, dan meski gue Siwon biased rasanya saat itu gue mau lempar bb gue sangking emosinya. Dia nggak tahu kan gue dan kita semua segininya cuma buat ketemu dia ketemu mereka ?!!

keadaan disitu nggak ada bedanya sama korban pengungsian bencana alam dan kalau ada kata yang lebih dalam maknanya daripada menyedihkan, gue bakal pakai kata itu buat gambarin suasana kita semua disana.

jujur, malam itu gue memang sedikit kecewa sama promotor. ngerasa di abaikan dan nggak di anggap, nggak tahu apa-apa dan sama sekali nggak ngerti setelah semua yang kita lakuin itu bisa dapet tiket apa nggak. hal yang wajar gue rasa, karena kita ngalamin sendiri apa yang sebenarnya terjadi malam itu.

tapi akhirnya Prima dan Mega bisa ketemu sama om Sherwin langsung dan jelasin semua pikiran yang ada di kepala orang-orang kloter 2 yang nasibnya terasa paling tidak jelas sedunia, dan sekitar jam setengah tigaan pagi, om Sherwin dan para staffnya nemuin kita di ruangan hitam itu, dia sendiri minta maaf soal kesalahan prosedur di bawah dan dia nunjukkin formulir D2 yang anak-anak D1 dapetin di bawah dan udah dia robek dan batalin sendiri di depan kita semua. Dia baik dan bertanggung jawab, di atas itu semua, dia berusaha dan dia cuma manusia biasa yang berusaha menuhin semua keinginan orang yang ada disana.

jam tiga, akhirnya K29 dapet tiket antrian dan juga formulir. Oke, yang ini memang lebih cepat lima jam dari janji awal. Tapi, keadaan memang sudah di luar kendali, dari kabar yang gue tahu belakangan polisi bahkan udah mengamankan pintu masuk hotel karena sewaktu-waktu bisa aja 'dihancurkan' sama ELF yang ada disana. Dipercepatnya pembagian nomor ini semata-mata untuk menekan lebih banyak jatuhnya hal-hal di luar kendali, secara subjektif sebagai orang yang nunggu dari sore gue memang senang karena tidak harus menunggu sampai jam delapan, tapi secara objektif-pun, gue nggak tahu lagi apa jadinya Twin hotel kalau promotor tetap bertahan bagi nomor jam delapan.

lagipula seandainya tetap di bagiin jam delapan, dengan banyaknya ELF yang sudah ada di dalam, gue yang bego matematika juga udah bisa ngejamin kalau ya percuma aja, mereka yang baru dateng pagi hari dan nunggu di luar tetap aja nggak bakal dapet.

selepas di bagiin ini, gue sama temen-temen gue naik ke atas, dan kembali ke kamar, ya seenggaknya kita nggak rugi-rugi banget booking kamar disini. kita masuk kamar itu sekitar jam setengah empat-an dan tidur juga nggak bisa lama karena rasanya udah terlalu capek dan walaupun kita udah pegang nomor tapi masih tetap aja kepikiran segala hal. sekitar jam 6an pagi, gue, Prima sama Mega sempat turun ke bawah, dan lobby udah ditutup, kita mau cari sarapan dan harus keluar lewat basement, saat kita liat ke parkiran depan lobby suasananya udah kaya gini


gue sempet ketemu temen SMA gue dan dia nangis karena baru dateng pagi itu, dimana dinyatakan bahwa tiket udah sold out, gue juga ga bisa bantu apa-apa, percaya deh kita yang di dalem juga sedih lihat mereka yang di luar, tapi jangan kecilin usaha kita juga yang udah begadang kelesotan di lantai tanpa hiburan, nggak makan, ngorbanin waktu berjam-jam kaya gitu.

sementara yang ini gambar yang gue ambil dari jendela kamar di lantai tujuh


jam 12, kita bertiga check out dan ikut bergabung lagi dengan ELF lainnya yang menanti nomornya di panggil. ya, lagi dan lagi kita menunggu, gue sendiri dapet nomor E 227, kita di kumpulin, dan dinaikkin ke atas per-lima puluh nomor, dan bentuk antriannya seperti ini


sampai atas kita masih di oper dari ruang ini ke ruang ini dan seterusnya. dan bisa di bilang suasana kembali 'panas' karena tiba-tiba ada pengumuman kalau Junior Vip tinggal sisa yang L doang, segala bentuk orang mulai dari mbak-mbak sampai ibu-ibu udah pada emosi tingkat tinggi. Mungkin cuma gue dan kak Mel yang berusaha positive thinking, kalau emang Allah kasih kita tempat disana, berarti memang ada sesuatu yang udah di siapin buat kita dengan segala pengorbanan ini. Lagipula juga, masih mending kan kita dapet tiket setelah penantian semuanya, pikir lagi deh itu semua orang yang banjir air mata di luar gimana rasanya.

masuk ke ruang ticketing, disana cukup banyak ticketor (??) yang ngelayanin kita, ramah-ramah juga walaupun udah di bentak, di marahin, di demo, dan sebagainya. dan setelah voucher penukaran di tangan, kita tinggal ke cashier dan bayar. tuntas sudah semua perjuangan dua hari itu.

apa yang gue tulis ini, murni dari pengalaman gue dua puluh empat jam ada disana demi konser empat jam. Gue sendiri sangat keberatan dengan berbagai komentar panas serta pedas bahkan kasar dan tidak berpendidikan yang di berikan kepada pihak promotor. Mereka sudah sangat berusaha melakukan yang terbaik, terutama om Sherwin, dan jangan jadi pengecut dengan komentar segala macam tapi kalian tidak tahu sama sekali apa yang terjadi di dalam Twin hotel dari sore tanggal 6 april itu sampai tanggal 7nya.

banyak tweet yang bilang, "om pikirin kita dong yang udah bangun subuh-subuh terus nggak dapet tiket !" . terus gue dan temen-temen lainnya ini apa ? yang dateng dari ashar bahkan zuhur ! lo semua malam itu tidur di atas kasur empuk kan ? selimutan pakai bantal ngempit guling. Kita ? Bisa dapet tempat yang ada senderannya aja udah alhamdulillah banget.

semua pada bilang tiket banyak di jual ke calo, oke, gue sendiri yang di dalam sana juga bisa ngelihat ada banyak calo yang ikut antri. tapi terus promotor harus gimana lagi, nambah satu hari lagi buat pembagian nomor antrian karena harus ada hari buat tes "anda benar-benar ELF atau bukan ?!" gitu ?!!

banyak juga fake news yang bilang kalau artis nggak perlu ngantri dan mereka bisa dapet tiket dengan mudah. gue barusan baca tweetnya temen gue dan dia bilang, dia sempat ketemu sama Devi Permatasari yang ikut ngantri bareng suami dan anaknya. Atau gini deh, pakai contoh yang berhubungan banget sama dunia ini, waktu kemarin Shinhwa konser, Kyu, Leeteuk, Wook, Hae pada nonton kan ? Kalau seandainya tiket konser itu tidak dijual online tapi public sale gini, gue yakin mereka juga bakal nyuruh manajer atau asisten mereka buat antriin tiket, mereka enggak akan ambil resiko buat bikin fanmeet dadakan !

seriusan, gue kesel banget liat orang yang marah di timeline gue dan caci maki pakai bahasa seenak jidat mereka sendiri. oke, memang sedih banget kalau nggak dapet tiket, mungkin gue juga bakal nangis-nangis kali kalau enggak dapet tiket ini. bahkan ada yang bilang ke temen gue kalau enggak rasional nyuruh anak gadis nginep semalem suntuk kaya gitu. ya udah kalau memang kita nggak rasional, kalau memang orang tua gue nggak rasional kaya ngasih ijin ke gue sampai buat nginep, tapi seenggaknya kita dapet kan.

gue sendiri percaya masih banyak jalan buat ELF yang bener-bener yakin sama garis jodoh mereka sama oppadeul. masih ada dari fanbase dan insyaAllah masih ada dari kuis-kuis (please buat yang ini smart think, cari yang asli dan kompeten). tunjukkin perjuangan dan pengorbanan buat semua ini, karena pada akhirnya, memang kita yang berhasil karena kita mati-matian kaya gini.

stop bashing promotor, dan tunjukkin support serta sportivitas kita, jangan sampai ini jadi SuperShow yang pertama dan yang terakhir di Indonesia. Gue yakin ELF yang memang cinta sama Super Junior bakal sama-sama dan kompak buat bikin ini jadi pembuka konser oppa untuk konser-konser yang selanjutnya.

promotor benar-benar sudah berusaha yang terbaik bahkan sangat memperhatikan kita, percaya deh, selama dua hari kemarin, mereka adalah sosok paling stres dan tertekan di banding yang lain, belum lagi gue denger setelah ini kemungkinan mereka bisa ada masalah sama polisi karena keributan yang terjadi. mereka juga manusia, dan mereka tahu ELF Indonesia banyak, tapi kalau memang kemampuan ticket yang ada memang hanya segitu harus di apain lagi.

sekali lagi, gue cuma ingin menghimbau, untuk yang sama sekali tidak tahu apa-apa soal kemarin, nggak usah ngomong macem-macem. untuk yang udah sampai depan dan pada akhirnya harus 'diusir' sama polisi, kalian harus tahu keadaan di dalam orang juga udah hopeless semua, kalau kalian masuk, kalian cuma bakal di php-in karena udah nggak ada tiket yang bisa di jual juga buat kalian.

buat gue cuma, ini bakal jadi hal paling tak terlupakan sepanjang hidup gue..

with full love,

anin. ( @nindhiyaa )

Sabtu, 03 Maret 2012

Failed Person

Hallo~^^
Udah lama banget gue nggak ngeblogging. Blog ini sampai penuh sama sarang laba-laba dan jamur dimana-mana. Huft, ada yang berniat buat bersihin ? haha~
Wanna share something ! A lil’ bit emotional, fyi...i write it while crying like baby >.<
Crying ?
Hahaha.
Tadi gue iseng google beberapa eng-trans dari lagu-lagu korea yang gue punya, sampai gue melihat sebuah translate lagu, berjudul “Hello to Myself” by Ye Eun (Wodergirls) yang juga merupakan ost.Dream Hugh 2, karena penasaran, akhirnya gue klik post-an itu, dan baca arti lagu itu.
Boleh percaya dan boleh bilang gue cengeng, tapi serius, mata gue langsung berkaca-kaca baca arti lagu tsb, dan ini lirik lagunya dalam bahasa inggris :
Hello, this is February 2012, a very cold winter
Where are you – how close are you
To the dream that I wanted so bad ?
Here, I’m still falling and crying again           
I’m hurt and tired and have no strength to get up
But you would probably see me and smile
Hello to myself, hello to myself
Will you comfort me, saying don’t cry ?
Hello to myself, hello to myself
Will you tell me that I can do it ?
Hello hello – don’t cry – hello hello – get up
How arw you – how is it to fulfill your dream ?
Doesn’t  it hurt when you pinch yourself ?
Or is it sometimes boring because it’s become s normal routine for you ?
If you ever get lonely and tired, will you remember me, who used to dream here ?
Hello to myself, hello to myself
Will you think of me here and smile ?
Hello to myself, hello to myself
Will you be happy to the point where your heart overflows ?
Hello hello, smile – hello hello, just like that
Karena penasaran, akhirnya gue langsung download lagu itu, dan setelah gue dengerin, musik akustiknya, entah kenapa malah bikin gue nangis. Like now.
Keseluruhan lagu itu mungkin memang tidak menggambarkan gue. Tapi bagian yang gue ‘pink’ di atas, buat gue adalah kalimat-kalimat yang rasanya nampar gue.
Mimpi ? Kalau gue sedikit scroll ke bawah, gue masih bisa melihat postingan penuh emosi gue setahun lalu. Saat gue terpuruk karena gagal SNMPTN dan saat gue berusaha untuk terus maju dengan memegang satu mimpi.
Tapi nyatanya enggak satupun dari mimpi-mimpi yang gue obrolin sepanjang hari selama masa-masa gue SMA itu terwujud. Gue enggak cukup hebat dan mampu untuk meraih mimpi gue sendiri. Mimpi gue sendiri ! Memalukan, kan ? Yes, I am. Sampai gue takut bermimpi, sampai gue melangkah ke dalam kehidupan kampus, dan berubah menjadi seorang mahasiswi tanpa mimpi.
Gue selalu suka kata-kata Arai di Sang Pemimpi (Andrea Hirata) “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” . Tapi dalam sekejap, kata-kata itu enggak memotivasi gue sama sekali.
Gue berjalan. Jadi seorang mahasisiwi Komunikasi, dan gue tidak mempunyai mimpi, apapun. Rasanya gue menjalani hidup, dari pagi ketemu malam, sebatas karena itu rutinitas, sesuatu yang memang harus gue jalani. That’s it. Tanpa passion atau apapun, gue enggak punya tujuan, gue enggak bermimpi untuk lulus cepat, atau untuk jadi si anak pintar. Gue takut, rasanya melepas mimpi itu kaya dengan sengaja melepas separuh nyawa, dan bahkan sampai hari ini gue masih akan merasa sangat tidak nyaman, kalau gue harus membahas, gue adalah seorang yang gagal dalam meraih mimpi gue.
Failed person.
Tapi sampai kapan gue harus kaya gini ? Gue enggak akan bisa kan hidup kaya gini terus ? Kadang, sesekali gue bakal bercanda dengan jawab “mimpi gue adalah nikah sama Siwon (Member Super Junior) atau anggota Super Junior lainnya”, itu memang mimpi, tapi ini bukan gue. Bukan gue yang bahkan di awal tahun lalu, masih dengan semangat bilang ke temen sebangku gue.
“Put, gue bakal pakai jaket kuning itu, dan gue bakal jadi psikolog empat tahun lagi !”
Apa gue menyesalinya ? Iya. Tapi apa gue pengen mencoba lagi ? Enggak. Beberapa orang menyarankan gue untuk mencoba tes lagi di tahun ini, tapi gue enggak mau. karena gue udah enggak punya mimpi, karena bahkan masuk kampus itu dengan jurusan tersebut bukan lagi jadi mimpi gue.
Dan, gue juga enggak bilang kalau gue enggak betah dengan jurusan gue sekarang. Ini cukup menarik, gue dapet nilai lumayan, dan ya, seenggaknya gue masih gue yang tipe anak nerd tukang nyatet dan berujung dengan catetan yang selalu di fotkop sebelum ujian sama temen-temen gue. Tapi hidup tanpa mimpi itu, datar. Enggak ada tantangan, sometimes gue malah merasa hidup gue enggak ada rasanya. Hambar.
Beberapa minggu lalu, gue punya kesempatan buat liburan ke Singapore, saat gue jalan-jalan di sebuah mall, ada pameran foto dan lukisan, dan gue tertarik sama satu dinding yang memajang lukisan/foto dengan dua objek utama, pintu dan cahaya. Gue baca keterangannya, dan ada kalimat yang bikin gue sedikit merenung saat itu.
“Why don’t we carry our own light and create our own door ?”
Kalimat sederhana. Tapi gue bisa merasa artinya yang dalam.
Sepanjang gue hidup, selama delapan belas tahun lebih, gue tumbuh jadi si anak penurut yang ber-image baik-baik, enggak pernah berontak sedikitpun, dan di mata gue haram hukumnya buat ngecewain orang di sekitar gue.
Dan saat gue jadi si gagal, otomatis gue mengecewakan semua orang, mengecewakan semua orang sampai gue enggak ngerti gimana caranya buat minta maaf dan nunjukkin rasa bersalah gue. Gue bahkan memutuskan untuk menjauh dari ‘hidup’ gue beberapa saat, karena gue merasa seluruh dunia mentertawakan kegagalan gue.
Saat kalimat itu terus berputar di kepala gue, tiba-tiba gue kepikiran tentang menulis. Gue bukan seorang penulis yang ‘mampu’ dan ‘baik’ tapi setidaknya gue selalu merasa nyaman saat gue melakukan kegiatan ini.
Klik. Menulis. My own door to lead me reach my own light.
Beberapa kali, gue mengutarakan keinginan gue untuk berhenti kuliah. Sekali lagi bukan karena gue enggak nyaman, tapi karena sampai saat ini masih ada pertanyaan di otak gue “apa ini yang benar-benar gue mau ?”. Gue tahu, gue enggak akan seberani itu untuk ngambil keputusan tersebut. I’m a big looser, anyway.
Kenapa harus berhenti kuliah ? Sederhana, karena gue bukan ingin jadi penulis dengan hasil karya gue terpajang di rak toko buku ternama dan menjadi best seller (Meskipun kalau kesempatan itu datang, gue akan sangat bersyukur), gue hanya ingin jadi penulis yang menulis untuk menenangkan hati tapi juga bisa menyentuh pembaca gue. Penulis yang menulis. Bukan penulis yang menghasilkan.
Yang mungkin akan terdengar sedikit gila, tapi gue ingin pergi dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, satu negara ke negara lain, mencari setiap titik kisah untuk gue tuangkan dalam tulisan-tulisan yang bikin batin gue sendiri nyaman. Bukan gelisah karena dikejar deadline.
Apa itu mimpi ? Atau malah hanya sekedar angan ? Gue enggak mau memastikan. Bermimpi masih jadi sesuatu yang menyeramkan buat gue. Saat gue berdiri di depan kaca dan mengingat ke belakang, saat itu bahkan rasanya bayangan gue lagi tersenyum sinis ke arah gue dan bilang “lo masih punya nyali untuk ngelihat diri lo sendiri ?! enggak punya malu setelah gagal meraih mimpi yang lo agung-agungkan sendiri ?!”
Apa yang sekarang bakal gue jalanin ? Tentu balik ke rutinitas gue, bangun pagi, kuliah, pulang, di rumah, tidur dan mengulanginya lagi dari awal di keesokkan hati. Membosankan ? Ya. Punya pilihan lain ? Ya. Berani melangkah ? Belum.
Gagal satu kali bikin gue terpuruk. Kegagalan kedua, gue terima dengan lapang dada dan mencoba untuk maju. Tapi yang ketiga, dunia gue berubah total. Gelap. Kosong. Tanpa mimpi.

Minggu, 16 Oktober 2011

seventeen to eighteen

Annyeong ^^
hahaha..
long time no see my lovely blogiee..maaf sudah membuat dirimu bulukkan >.<

err..
malem ini, saat ini, menit ini..gue lagi sms-an sama Dessy Ayunadhita, salah satu sahabat gue yang sedang merantau kuliah ke Bandung kekeke~
tapi sorisorisori gue nggak akan ngebahas dia haha, melainkan salah satu smsnya beberapa menit yang lalu ke gue, yaitu..

dengdeeenggg..

"....yang perlu dipikirin itu ulang tahun lo yg tinggal 3 jam 34 menit hehe"

yap, dengan berat hati gue akuin cuma dalam waktu segitu gue akan segera bertambah tua dan kehilangan satu tahun untuk menikmati jatah gue di dunia..

ulang tahun..
nggak tahu gue-nya yang udah berpikiran dewasa atau cuma sok-dewasa, tapi entah kenapa gue tidak terlalu 'menunggu' hari ulang tahun gue yang kali ini. gue termasuk tipe orang yang mengingat hal-hal kecil dan senang merayakannya termasuk ulang tahun gue, buat gue hal kecil itu akan lebih bermakna ketika kita mengingatnya dan mengamininya..

bukannya tahun ini gue mau sok lupa ingatan tentang ulang tahun gue dan enggak bersyukur karenanya. gimanapun umur tujuh belas tahun gue lalui dengan berbagai hal, mulai dari kebahagiaan yang penuh tawa dan senyuman sampai kesedihan berurai air mata..

gue cuma ngerasa, di delapan-belas tahun ini, gue ingin lebih bahagia lagi. gue menyadari satu hal, bahwa kita bertanggung jawab untuk kebahagiaan kita, karena ketika kita berharap sama orang lain untuk membuat kita bahagia kita nggak akan dapat apa-apa kecuali kekecewaan karena harapan kita pasti nggak akan terwujud dengan sempurna. dan gue akan membahagiakan diri gue sendiri dengan segala waktu yang gue punya..

bahagia buat gue mengandung banyak hal. keluarga, sahabat, kuliah, hidup, semua masuk dalam kebahagiaan yang ingin gue ciptakan.

gue tahu, hal paling nggak mungkin di dunia ini adalah membuat semua orang di sekitar kita bahagia, tapi berusaha untuk seenggaknya memberi arti di setiap hidup orang yang udah bersedia untuk masuk dalam hidup gue, bukanlah hal mustahil..

ini bukan, gue bahagia karena orang lain bahagia, tapi gue bahagia karena gue membuat orang lain bahagia dengan hadirnya gue, dan semoga harapan sederhana ini dapat gue capai di umur gue yang sekarang..

terimakasih untuk semua orang dan apapun itu yang udah menemani gue hingga hari ini, bersedia berjalan bersama gue, menerima kekurangan gue, menjadi sandaran bahkan ada saat gue terjatuh..terimakasih untuk setiap warna pelangi yang di biaskan oleh kalian untuk gue setelah setiap titik hujan yang jatuh dan membasahi hidup gue..

love you..

-cheers-

Rabu, 29 Juni 2011

semangaaaaaat !!!!

satu jam yang lalu, hasil snmptn baru aja diumumin, dan gue enggak lolos lagi.
walaupun kecewa tapi bisa gue bilang gue enggak selabil saat gagal undangan kemarin. yang sempet mampir ke blog gue sebelumnya, pasti baca postingan di bawah ini, dimana gue nulis penuh emosi karena gagal di snmptn undangan..
dan ternyata gagal disana ngasih gue pelajaran berharga, karena hari ini ketika gue harus gagal lagi, gue bisa nerima dengan lapang dada, mental gue jauh lebih siap, dan gue nggak nangis haha

gue pingin berbagi sedikit, apa yang mau gue tulis ini, bukan sesuatu yang bersifat menggurui atau apapun, gue cuma mau bilang, gue tahu rasanya gagal saat gue ada di puncak, dan gue cuma pingin berbagi sedikit gimana gue bisa menghadapi ini..

terimakasih super besar, untuk sebuah drama korea berjudul "DREAM HIGH" mungkin sebagian orang udah pernah nonton, dan yang buat belum nonton mau gue bahas dikit ya..karena drama ini ngasih banyak hal buat gue, pelajaran berharga yang bikin gue tetap bisa berdiri tegak ketika kata gagal mampir lagi dalam hidup gue


cerita ini tentang seorang siswi perempuan bernama Hye mi, dia cantik, kaya, suaranya bagus, hidupnya sempurna, tapi karena kesempurnaan itu, dia jadi orang yang tinggi hati dan terlalu percaya diri sama apa yang dia punya. sampai pada suatu hari dia ikut tes untuk masuk sekolah seni bareng sama sahabatnya, yang dia nilai kualitasnya jauh di bawah dia. ketika audisi, suara dan penampilannya memang jauh lebih bagus dari sahabatnya yang selalu dia sebut 'si ranking 3' tapi apa yang terjadi selanjutnya ? dialah yang gagal, sementara sahabatnya, bisa ngalahin dia untuk pertama kalinya. dengan penuh emosi dia mati-matian berusaha menggugat keputusan juri, karena dia merasa dia lebih berhak dari sahabatnya..
singkat cerita, ternyata diam-diam, pemilik sekolahnya ngasih dia semacem kesempatan untuk bisa masuk ke sekolah itu, tapi dia yang hebat harus masuk ke kelas rendah yang dianggap enggak punya kemampuan dan enggak punya kesempatan untuk melakukan debut. tapi pada saat itulah, dia belajar, belajar untuk menerima keadaannya, belajar untuk mengerti, belajar untuk berjuang, dan belajar kalau kita harus menemukan kata kegagalan terlebih dahulu sebelum kata kesuksesan..

gue suka banget sama soundtrack-nya, apalagi setelah gue ngerti artinya dalam bahasa inggris, dan ini ost-dream high translate inggrisnya :


I dream High I have a Dream                                                                       
When it gets hard I close my eyes                                                               
while replaying the moment                                                                       
my dream come true I get up
I shake in the face of fear today as well
Like a young bird who’s afraid to fly in fear of falling down
I keep asking whether I can do this
whether my dreams can come true
Whenever I make a step by step
the fear comes back
I dream High I have a Dream 
                                                                                  
When it gets hard I close my eyes                                                                                                   
while replaying the moment                                                                                       
my dream come true I get up
I can fly high I believe
That one day into that sky
that I will spread my wings
and fly up higher than anyone before
I need courage
to help me get up
the courage which would make me jump again
after brushing the dust off
Believing in myself and
in my destiny once again
Risking everything I will jump over the wall
higher than myself

I dream High  I have a Dream   
                                                                                
When it gets hard I close my eyes                                                                                                   
while replaying the moment                                                                                       
my dream come true I get up
I can fly high I believe
That one day into that sky
that I will spread my wings
and fly up higher than anyone before

Dream high a chance to fly highfrom now to all the pain bye byetry and fly as high
as those stars in the sky
watch your dreams to unfold for you to shineit’s the start gotta make them mine
don’t be afraid of building your own future
walk on confidently with all your might
destiny is your fate unstoppable destiny
now it’s spreading in front of us
this is a whole new fantasy for you
so just take my hand
our goal now is the same
don’t give up on your dreams and future
everyone with a youthful passion dream high

I dream High I have a Dream                                                                                   
When it gets hard I close my eyes                                                                                                   
while replaying the moment                                                                                       
my dream come true I get up
I can fly high I believe
That one day into that sky
that I will spread my wings
and fly up higher than anyone before


dan, walaupun beda, tapi gue bisa menemukan sosok Hye mi dalam diri gue. mungkin setelah baca tulisan yang mau gue tulis ini, kalian akan merasa gue sombong, tapi ada maksud lain yang benar-benar ingin gue curahin dari ini semua..

bisa dibilang gue termasuk anak berprestasi, gue memang seorang siswi di jurusan IPS yang menurut kebanyakan orang enggak sekeren IPA. tapi gue mencintai pelajaran IPS lebih dari apapun, hapalan buat gue kaya hitungan buat anak IPA, surga. di kelas sebelas, gue berhasil meraih peringkat satu baik itu di semester ganjil ataupun genap, malah ketika ulangan semesteran gue pernah sapu bersih alias nggak remidial sama sekali. nilai-nilai gue enggak pernah mengecewakan, dan gue enggak pernah bikin masalah sama guru satupun. bisa di bilang gue termasuk jajaran anak cupu di sekolah, dan dari nilai-nilai itulah gue merasa 'ada' . naik kelas tiga, semangat gue agak kendur sedikit, di semester ganjil gue cuma bisa dapet ranking 2, tapi ketika lulus kemarin gue balik jadi juara satu di kelas.

dan itu  bikin semua orang yakin kalau gue bisa sukses juga di perguruan tinggi. gue masih ingat dengan jelas, kalau diam-diam gue yakin gue bisa nembus undangan dengan nilai yang gue punya, tapi kenyataannya ? gue GAGAL. dan disaat itulah gue jatuh. rasa percaya diri gue lenyap, gue enggak terima sama keadaan. gue cukup pintar tapi kenapa gue enggak bisa ?!! rasanya sakit bukan main, ketika gue terhempas dikenyataan bahwa gue enggak sepintar apa yang orang yakini, apa yang gue yakini.

dan hari ini, gue ternyata gagal lagi di tertulis. tapi rasanya beda, kegagalan yang kedua, gue merasa lebih bijak untuk menghadapinya. dan pada akhirnya, gue sampai di satu keputusan, kalau gue melepas cita-cita gue untuk jadi seorang mahasiswi di PTN, gue enggak ikut satu ujian mandiri pun, dan gue lebih milih untuk daftar PTS.

bukan karena gue menyerah, justru karena gue punya cita-cita. kaya Hye mi, dari peringkat satu yang serba bisa dia harus kalah dan dianggap tidak mampu, tapi dia terus berjuang walaupun bukan dari kelas unggulan, dan akhirnya dia sukses.

gue mau jadi PSIKOLOG dan gue harus jadi PSIKOLOG ! jadi enggak peduli jalan gue kesana itu dari tempat yang unggulan atau enggak, semua akan balik lagi ke gue. gue akan buktiin, walaupun gue bukan mahasiswi dari PTN gue enggak kalah sukses dari mereka yang dari PTN. ketimbang pingin jadi bagian dari sebuah PTN gue lebih pingin menyandang gelar PSIKOLOG di nama gue nantinya.

seenggaknya, gue pernah ngebuktiin satu hal, kalau gue enggak bego. mungkin gue cuma kurang beruntung, mungkin juga banyak yang lebih pinter dari gue. tapi gue pernah ada di satu titik dimana gue jadi si pintar, dan kalaupun sekarang itu bukan bagian dari diri gue lagi, ya udah, hidup berjalan, dan ini saatnya gue berjuang, cerita baru dimulai, dan gue akan berusaha untuk ngebuktiin itu suatu hari nanti, kalau apa yang gue pilih bukan sebuah kesalahan..

gue cuma mau minta maaf. untuk Bu Sugi wali kelas gue dan Putri Marliana teman sebangku gue. sama dua orang ini gue enggak berani ngaku kalau gue nggak ikut mandiri karena sama dua orang ini gue begitu takut ngecewain mereka.

"maaf ya bu, saya gagal di negeri, terimakasih untuk semua kepercayaan yang ibu kasih buat saya, untuk segala dukungan, saya akan buktiin meski bukan di negeri saya tetap akan sukses bu, saya janji.."

"put, maafin gue ya, gue enggak nyerah. gue tetep semangat, gue enggak berubah, gue minta maaf karena gue terkesan munafik, gue masih inget dimana dulu gue selalu menggebu-gebu saat kita ngomongin tentang masa depan, jaket kuning, psikologi, mahasiswi, gue beneran minta maaf, lo hebat bisa wujudin harapan lo, gue emang gagal hari ini, tapi gue tetep akan sukses suatu hari nanti..tetep percaya sama mimpi-mimpi kita ya, gue cuma merubah dikit kok, PTN jadi PTS, nggak banyak kan ? haha..semangat ya put, kita tetap bakalan sama-sama sukses nantinya"

dan untuk semua yang hari ini juga gagal, rasanya memang sakit. gue tahu banget. tapi kaya yang lirik lagu diatas bilang, kita bermimpi, dan apapun yang terjadi kita harus tetap bisa meraih mimpi itu, bagaimanapun caranya, selalu ada jalan untuk yang bermimpi dan ingin mewujudkannya..

ps : Thomas Alfa Edison gagal beribu-ribu kali ketika ingin menciptakan lampu, jadi jatuh dua kali bukan alasan untuk terus larut dalam rasa sedih.

TETAP SEMANGAAAAAAT !!!!

ahyaa..dan selamat buat yang lolos, kalian hebat !

-anin-

Kamis, 19 Mei 2011

Rasanya-lebih-parah-dari-patah-hati

ketika elo gagal dan terjatuh, semua orang akan bilang..

"Lo jatuh untuk bangkit lagi"

atau

"Masih ada kesempatan lain, jangan nyerah.."

ada juga yang

"Tuhan punya rencana indah di balik kegagalan lo hari ini"

itu semua bener, enggak ada satupun yang salah dan yang patut di persalahkan. tapi enggak salah juga kan, kalau sekali aja, lo ngerasa kcewa dan elo enggak ngerti gimana cara untuk ngikhlasin itu semua..

sepanjang hidup gue, gue bukanlah orang yang ambisius dan selalu ingin jadi yang terbaik. gue selalu mensyukuri semua yang gue dapetin, apapun itu sepahit-pahitnya. gue enggak pernah berharap banyak, gue ngejalanin hidup apa adanya..

dan banyak hal indah dalam hidup gue yang terjadi tanpa pernah gue harapkan dengan tinggi sebelumnya. gue enggak pernah berharap lulus dengan nilai baik dari SMA, toh gue tahu setahun gue di kelas dua belas semangat belajar gue menurun drastis, tapi nilai kelulusan gue ternyata cukup bisa dibanggakan meski enggak terlalu bagus.

waktu nyokap nyaranin gue untuk ikut pmdk sanata dharma, gue enggak berharap apa-apa, tapi nyatanya gue dapet pmdk itu di jurusan yang gue mau dari dulu, psikologi.

sama juga dengan hal-hal lainnya, gue enggak pernah ngotot untuk dapet nilai bagus di sekolah, bagi gue selama enggak perlu remidial gue udah cukup puas. gue juga enggak peduli kalau ada guru yang jadiin gue, anggeplah murid fave-nya, toh gue enggak pernah minta itu. enggak pernah ngira juga kalau ternyata gue bisa dapat rangking yang cukup membanggakan selama dua tahun berturut-turut. Tapi gue enggak pernah berharap semua hal itu..

sementara hal-hal yang selalu gue harapkan, malah enggak pernah terwujud..

waktu sd, gue pingin banget bisa masuk SMP 49, tapi kenyataannya nilai gue kurang dan gue masuk ke SMP gue dulu 128, sama-sama unggulan, dan pada akhirnya gue nemuin sahabat di sana.

berlanjut ketika gue lulus SMP dan berniat masuk SMA, nilai gue enggak terlalu tinggi waktu itu, dan SMA fave gue lewat begitu aja. tapi gue masih berusaha untuk nerima, dan ternyata semua baik-baik aja sampai akhirnya gue lulus kemarin..

tapi yang ini, mungkin ini lebai, tapi kaya yang ditulis di atas, rasanya lebih parah dari patah hati. nyeseknya, kecewanya, sakitnya, nyeselnya...gue mungkin cuma orang yang kurang bersyukur dengan apa yang udah gue dapetin sampai hari ini, tapi kegagalan gue dalam snmptn undangan itu..adalah kegagalan yang bikin gue ngerasa sakit lebih dari apapun.

gue masih selalu nangis sampai hari ini, padahal saat gue nulis ini udah berselang dua hari dari pengumuman itu, gue yang selama ini selalu berhasil untuk ngontrol emosi gue, jebol gitu aja semuanya. gue nangis berkali-kali, saat sendirian ataupun di depan sahabat gue. bahkan saat gue ngetik inipun mata gue masih berkaca-kaca. haha, menyedihkan ya gue ?

jujurnya gue sendiri enggak suka lihat gue kaya gini. kaya yang tadi pagi putri -temen-sebangku-gue- bilang, "semangat dong nin, biasanya kan elo yang paling semangat, biasanya elo yang ngasih semangat ke gue"

dan mata gue malah berkaca-kaca, gue tahu, ada seratus lima puluh ribu lebih siswa/i lain di luar sana yang sama kecewanya kaya gue, dan gue sendiri enggak tahu gimana cara nyembuhin perasaan ini. gue enggak mau ngedown, tapi memang gue udah down.

semua orang bener, banyak jalan lain menuju roma. snmptn undangan bukan satu-satunya pintu untuk gue bisa masuk ke PTN. tapi enggak pernah ada yang semudah kata-kata kan.

gue berusaha untuk enggak nulis pake emosi, karena suatu hari nanti gue pasti akan malu banget liat postingan ini dan menyadari betapa labil-nya gue.

beberapa jam  yang lalu gue mutusin untuk mulai buka-buka soal, seenggaknya gue berusaha berdamai sama keadaan gue, berusaha ikhlas walaupun belum bisa. gue sadar, gue enggak sepintar itu untuk mengharapkan undangan itu jatuh ke gue dengan cuma-cuma. gue tahu mental gue yang lemah untuk nerima semua ini..

ini blog gue, gue cuma cerita apa yang gue rasain hari ini..

-cheers-

Senin, 16 Mei 2011

bye..putih abu-abuers ;)


terimakasih untuk semua yang udah mendukung dengan doa dan semangat :)
postingannya menyusul..

Senin, 09 Mei 2011

Sahabat adalah............... ?

Sahabat..

Apa sih yang ada di pikiran lo kalau elo semua denger kata “SAHABAT” ??

Apa lo bakal jawab pertanyaan pasaran itu dengan jawaban klise, kaya ‘..sahabat itu orang yang akan selalu ada buat gue saat suka ataupun duka..’ atau ‘..sahabat itu orang/sekelompok orang yang memiliki kesamaan sama gue luar dalam..’

Jawaban kaya gitu memang enggak salah, gue sendiri pernah memberikan jawaban seperti itu ketika ada yang bertanya sama gue, apa itu sahabat. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, jawaban itu bukan jawaban yang tepat menurut gue..

Dan akhirnya pendeskripsian sahabat menurut gue adalah kaya gini :

Sahabat yang paling jujur adalah sahabat yang ikut mentertawakan elo..

Kedengarannya memang sadis banget sih, gila aja kan elo bikin suatu hal jadi berantakan dan elo menemukan sahabat lo juga lagi asik ngetawain lo. Tapi buat gue inilah sahabat yang jujur, karena mereka manusia men, munafik kalau mereka cuma diem tanpa ekspresi ketika ngeliat elo lagi ‘konyol’ or do something stupid. Lagipula menurut gue elo sendiri pasti akan ketawa kan kalo liat sahabat lo kepleset di koridor sekolah atau sahabat lo dandan ala ondel-ondel. Yang perlu lo pastiin cuma satu, meskipun mereka ikut tertawa, tapi tangan-tangan merekalah yang pertama kali terulur ke arah lo dan membantu lo..

In case, gue contohnya. Kaya yang udah gue tulis sebelum-sebelumnya, gue bersahabat dengan Dita Listi Galuh, dan gue memang masih punya sahabat yang lain, tapi untuk kali ini gue mau membahas tentang mereka (lagi). Sometimes tanpa gue sadari, gue suka ngomong dengan bahasa yang terlalu baku, kaya nyebut ‘becak’ dengan hentakan ‘k’ di ujungnya, atau ‘tahu’ yang saat itu gue maksud adalah ‘tau’ tapi gue melafalkannya tetap dengan huruf ‘h’ yang kental. Dan mereka bertiga selalu ketawa ngakak, sengakak-ngakaknya setan deh, hahaha, bahkan kadang gue curiga mereka sengaja nyari-nyari kesalahan gue dalam pengucapan untuk sekedar di ketawain. Ohya satu lagi, aibnya gue itu cadel, jadilah ketika ada kata yang terdiri dari banyak huruf ‘r’ gue akan sangat kesulitan, dan lagi-lagi mereka bakal tertawa.

Bikin kesel sih pasti. Tapi memang itu adanya gue, dan mereka menerima itu. Dan itu adanya gue yang memang bikin mereka ketawa. Mereka selalu berani ketawa dengan mulut paling lebar dan volume paling kenceng tepat di depan muka gue, bukan-di-belakang-gue, mereka enggak munafik, mereka manusia normal, dan ujung-ujungnya toh mereka bakalan tetap bakalan bilang ‘maaf’ mereka juga akan ngoreksi kesalahan gue, dan bagi gue ini yang paling penting. Ketimbang sahabat yang selalu nge-iya-in semua kata-kata lo bahkan ketika lo bilang mau bunuh diri misalnya, heloooo..sahabat adalah editor dalam buku kehidupan lo !

Sahabat yang paling setia bukan mereka yang siap sedia di samping lo selama 24jam..

Sahabat bukan apotek, bukan juga UGD atau circle K, hahaha. Mereka manusia biasa yang butuh tidur, butuh makan dan butuh privasi. Dia bukan kacung lo yang setia kemana-mana ngintilin elo. Ketika elo yakin persahabatan elo telah terbentuk dengan seseorang/lebih, percaya sama gue, tanpa perlu selalu ada mereka di sebelah lo secara raga, mereka akan tetap jadi orang yang bertahan sampai akhir dalam hidup lo. Jangan pernah menahan sahabat lo untuk tetap diam di samping lo, itu namanya elo egois.

Gue, Dita, Listi dan Galuh sekolah di SMA yang beda-beda, kita kenal di SMP yang sama dan nasib kita masing-masing enggak ngijinin kita untuk terus  bareng-bareng di SMA. Awal-awal kita semua sama-sama takut persahabatan kita akhirnya berhenti di tengah jalan. Tapi alhamdulillah sampai hari ini, kita masih berdiri di garis persahabatan yang sama dan semoga akan terus seperti itu sampai nanti. Beda sekolah, pastinya bikin kita beda teman pergaulan. Dan gue rasa, sampai saat ini, enggak ada satupun dari kita yang merasa di lupain cuma karena masing-masing dari kita menemukan teman yang baru.

Ibaratnya kaya rumah, kalau sebuah rumah dibangun dengan pondasi kepercayaan dan kebersamaan yang kuat. Kemanapun perginya penghuni rumah itu, akan ada waktu dimana dia akan kembali ke dalam rumahnya. Dan mungkin itulah persahabatan kita berempat.

Tiga tahun ini di SMA, jalan bareng dengan formasi lengkap masih bisa dihitung pakai jari tangan deh, padahal mungkin masing-masing dari kita bisa berkali-kali jalan sama teman-teman kita di sekolah. Tapi bukan berarti persahabatan ini pudar dan kita jadi enggak setia satu sama lain. Percaya atau enggak, setiap gue ataupun salah satu dari mereka punya masalah, kita selalu tahu. Diam-diam, kita sering ngelihatin tweet masing-masing dari kita satu-satu, cuma untuk ngecek, sahabat gue baik-baik aja kan. Dan ajaibnya, misalnya gue tiba-tiba galau, terus gue ngetweet sesuatu yang kesannya gue punya masalah, padahal pas ngetweet itu gue udah mastiin kalau di timeline enggak ada salah satu dari mereka yang obline. Tapi eng-ing-eng..beberapa menit kemudian, ada aja dari mereka yang mention gue dan enggak jarang langsung sms gue. Begitupun juga gue. So, sahabat itu tentang jiwa yang bersatu sob, bukan cuma tentang tangan-tangan yang saling bertaut.

Sahabat yang peduli bukan sahabat yang nerima lo apa adanya..

Bukan berarti juga yang nerima lo ada apanya ya. Menerima seseorang dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka memang kunci awal untuk memulai sebuah hubungan yang harmonis. Tapi enggak harus selamanya kaya gitu. Khususnya di bagian sifat lo yang bad-side-nya.

Bukan sahabat namanya kalau dia terus maafin elo karena keegoisan lo. Bukan sahabat namanya kalau dia terus ngebiarin elo jadi pemakai-narkoba-misalnya walaupun mungkin sialnya-itu-satu-satu-nya-hal-yang-bikin-lo-bahagia. Bukan sahabat namanya kalau dia diem aja ketika sahabatnya terus neriakin kata-kata kasar tanpa diayak. Bukan sahabat namanya kalau dia mendukung elo karena sifat lo yang terlalu baik.
Itu sama aja, kaya elo lagi jadi api dan sahabat lo malah jadi bensin, bukan jadi air. Gue menerima sahabat gue apa adanya, dan sahabat gue pun demikian. Tapi di beberapa kasus, kita enggak ragu-ragu untuk negur atau malah marahin dan kadang sampai ngediemin ketika apa yang kita perbuat udah kelewat batas. Gue adalah orang yang enggak tegaan, di satu sisi mungkin itu baik, tapi di sisi lain sahabat gue jelas-jelas tahu kalau itu berbahaya buat gue sendiri. Dan mereka orang yang selalu meyakinkan gue untuk lebih tegas dalam ngambil keputusan. Enggak jarang kalau gue lagi kena masalah, merekalah yang maju duluan karena mereka tahu gue enggak akan mempermasalahkan masalah itu dan maafin itu gitu aja. Lebih dari sekedar menerima lo apa adanya, sahabat yang sesungguhnya memberi jawaban terbaik untuk ‘apa’ dan menyaring yang telah ‘ada’ dalam diri lo.

Sahabat yang paling asik adalah mereka yang sifatnya bertolak belakang dari sifat lo..

Perbedaan itu indah. Dan gue sangat mengamini hal tersebut. Buat gue perbedaan itu adalah lambang tentang kebersamaan sejati yang paling nyata. Begitu juga persahabatan yang isinya penuh dengan segala perbedaan.
Kita berempat itu beda banget. Dari segi pemikiran, selera musik, pelajaran sampai hal-hal kecil lainnya. Kita jarang punya idola yang sama. Gue sama Galuh malah selalu berseberangan kalau soal bola. Dita yang obsesinya di jalur desain-grafis-foto-gambar hal-hal yang akan selalu gue jauhi, karena gue enggak berbakat seni. Galuh yang beberapa tahun terakhir ini terobsesi dengan korea dan Kim Heechul-nya Super Junior. Listi yang..err...elo apa ya lis ? hahaha...sebagai satu-satunya orang yang punya pacar di antara kita, dia pastinya yang harus paling pinter-pinter ngebagi waktu, dan gue yang udah sebesar ini dan masih terobsesi sama Idola Cilik, Alvin khususnya, haha.

Dalam bidang musik atau film juga kita beda, mereka lebih suka yang ber-bau (?) luar negeri sementara gue selalu membanggakan yang dalam negeri haha. Listi pinter banget hitung-hitungan dan gue benci banget sama angka. Galuh satu-satunya IPA di antara kita ber-empat dan gue enggak pernah suka pelajaran IPA. Dita itu Hi-teck dan gue Gap-teck, hahaha. Masih banyak lagi perbedaan gue dan mereka, dan masing-masing dari kita. Perbedaan ini memang rawan banget untuk pencipta konflik, dan enggak gue pungkiri ada satu-dua kali kita berantem gara-gara perbedaan persepsi.

Tapi percaya deh, dengan perbedaan-perbedaan itulah hidup jadi lebih berwarna. Kita jadi lebih tahu banyak hal, enggak dari satu sisi, enggak cuma dari mata kita, melainkan dari orang lain di sekitar kita, dan itu menyenangkan. Dan dari perbedaan-perbedaan inilah, gue dan mereka belajar untuk saling tenggang rasa dan bertoleransi. Dengan bertoleransi kita akan saling mengerti dan ujung-ujungnya bakal saling melengkapi juga menguatkan satu sama lain. Tuhan aja menciptakan dunia dengan banyak warna, jadi kenapa kita harus menggambar buku harian persahabatan kita hanya dengan satu warna ?  

Sahabat terbaik adalah....

Enggak ada definisi apapun untuk sahabat terbaik. Karena baik itu relatif, semua orang berhak menilai yang terbaik itu kaya apa.

Bagi seorang dokter sahabat terbaik mungkin stetoskopnya
Bagi seorang guru sahabat terbaik mungkin murid-muridnya yang sukses
Bagi seorang penjual daging sahabat terbaik mungkin peternak sapi
Bagi seorang wartawan sahabat terbaik mungkin masalah-yang-tak-kunjung-henti
Bagi seorang pemakai sahabat terbaik mungkin lintingan ganja dan jarum suntiknya
Bagi seorang penulis sahabat terbaik mungkin pena dan kertas

Dan bagi gue, cukup mereka terus ada dan mempercayai gue. Gue udah sangat akan berterimakasih dengan kehadiran mereka. Di banding mereka, gue enggak ada apa-apanya. Gue masuk SMA negeri yang biasa-biasa aja, bukan yang unggulan kaya mereka, gue selalu jadi yang paling ngerecokin kalau lagi belajar bersama karena gue males banget belajar, gue yang suka marah-marah kalau mereka udah ngeberantakkin kasur dan kamar gue, gue yang kadang jadi sok bossy dan sok tahu ke mereka semua, gue yang takut ketinggian dan parnoan, gue yang enggak ikut satupun ekskul di sekolah dan bukan bagian dari OSIS ataupun MPK, gue yang cupu dan anak rumahan banget, gue yang kalau lagi foto bareng-bareng gayanya paling enggak ekspresif, gue yang sensitif dan cengeng, gue yang belum bisa ngasih banyak untuk mereka.

Tapi jadi apapun gue nanti, kalau gue jadi penulis, gue pastiin nama mereka bakal terpampang lengkap dan jelas di ucapan terimakasih buku gue, kalau gue jadi psikolog, gue bakalan ngasih free-consul untuk mereka, kalau gue nikah nanti, gue mau mereka yang jadi pendamping gue. Intinya, yang terbaik dalam definisi gue adalah, terbaik itu enggak akan selalu jadi yang pertama tapi sadar ataupun enggak akan selalu diutamakan.

Jadi, apa definisi kalian tentang SAHABAT ?

-cheers-