Hallo~^^
Udah lama banget gue nggak ngeblogging. Blog ini sampai penuh sama sarang laba-laba dan jamur dimana-mana. Huft, ada yang berniat buat bersihin ? haha~
Wanna share something ! A lil’ bit emotional, fyi...i write it while crying like baby >.<
Crying ?
Hahaha.
Tadi gue iseng google beberapa eng-trans dari lagu-lagu korea yang gue punya, sampai gue melihat sebuah translate lagu, berjudul “Hello to Myself” by Ye Eun (Wodergirls) yang juga merupakan ost.Dream Hugh 2, karena penasaran, akhirnya gue klik post-an itu, dan baca arti lagu itu.
Boleh percaya dan boleh bilang gue cengeng, tapi serius, mata gue langsung berkaca-kaca baca arti lagu tsb, dan ini lirik lagunya dalam bahasa inggris :
Hello, this is February 2012, a very cold winter
Where are you – how close are you
To the dream that I wanted so bad ?
Where are you – how close are you
To the dream that I wanted so bad ?
Here, I’m still falling and crying again
I’m hurt and tired and have no strength to get up
But you would probably see me and smile
I’m hurt and tired and have no strength to get up
But you would probably see me and smile
Hello to myself, hello to myself
Will you comfort me, saying don’t cry ?
Hello to myself, hello to myself
Will you tell me that I can do it ?
Hello hello – don’t cry – hello hello – get up
Will you comfort me, saying don’t cry ?
Hello to myself, hello to myself
Will you tell me that I can do it ?
Hello hello – don’t cry – hello hello – get up
How arw you – how is it to fulfill your dream ?
Doesn’t it hurt when you pinch yourself ?
Or is it sometimes boring because it’s become s normal routine for you ?
If you ever get lonely and tired, will you remember me, who used to dream here ?
Doesn’t it hurt when you pinch yourself ?
Or is it sometimes boring because it’s become s normal routine for you ?
If you ever get lonely and tired, will you remember me, who used to dream here ?
Hello to myself, hello to myself
Will you think of me here and smile ?
Hello to myself, hello to myself
Will you be happy to the point where your heart overflows ?
Hello hello, smile – hello hello, just like that
Will you think of me here and smile ?
Hello to myself, hello to myself
Will you be happy to the point where your heart overflows ?
Hello hello, smile – hello hello, just like that
Karena penasaran, akhirnya gue langsung download lagu itu, dan setelah gue dengerin, musik akustiknya, entah kenapa malah bikin gue nangis. Like now.
Keseluruhan lagu itu mungkin memang tidak menggambarkan gue. Tapi bagian yang gue ‘pink’ di atas, buat gue adalah kalimat-kalimat yang rasanya nampar gue.
Mimpi ? Kalau gue sedikit scroll ke bawah, gue masih bisa melihat postingan penuh emosi gue setahun lalu. Saat gue terpuruk karena gagal SNMPTN dan saat gue berusaha untuk terus maju dengan memegang satu mimpi.
Tapi nyatanya enggak satupun dari mimpi-mimpi yang gue obrolin sepanjang hari selama masa-masa gue SMA itu terwujud. Gue enggak cukup hebat dan mampu untuk meraih mimpi gue sendiri. Mimpi gue sendiri ! Memalukan, kan ? Yes, I am. Sampai gue takut bermimpi, sampai gue melangkah ke dalam kehidupan kampus, dan berubah menjadi seorang mahasiswi tanpa mimpi.
Gue selalu suka kata-kata Arai di Sang Pemimpi (Andrea Hirata) “Bermimpilah maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu” . Tapi dalam sekejap, kata-kata itu enggak memotivasi gue sama sekali.
Gue berjalan. Jadi seorang mahasisiwi Komunikasi, dan gue tidak mempunyai mimpi, apapun. Rasanya gue menjalani hidup, dari pagi ketemu malam, sebatas karena itu rutinitas, sesuatu yang memang harus gue jalani. That’s it. Tanpa passion atau apapun, gue enggak punya tujuan, gue enggak bermimpi untuk lulus cepat, atau untuk jadi si anak pintar. Gue takut, rasanya melepas mimpi itu kaya dengan sengaja melepas separuh nyawa, dan bahkan sampai hari ini gue masih akan merasa sangat tidak nyaman, kalau gue harus membahas, gue adalah seorang yang gagal dalam meraih mimpi gue.
Failed person.
Tapi sampai kapan gue harus kaya gini ? Gue enggak akan bisa kan hidup kaya gini terus ? Kadang, sesekali gue bakal bercanda dengan jawab “mimpi gue adalah nikah sama Siwon (Member Super Junior) atau anggota Super Junior lainnya”, itu memang mimpi, tapi ini bukan gue. Bukan gue yang bahkan di awal tahun lalu, masih dengan semangat bilang ke temen sebangku gue.
“Put, gue bakal pakai jaket kuning itu, dan gue bakal jadi psikolog empat tahun lagi !”
Apa gue menyesalinya ? Iya. Tapi apa gue pengen mencoba lagi ? Enggak. Beberapa orang menyarankan gue untuk mencoba tes lagi di tahun ini, tapi gue enggak mau. karena gue udah enggak punya mimpi, karena bahkan masuk kampus itu dengan jurusan tersebut bukan lagi jadi mimpi gue.
Dan, gue juga enggak bilang kalau gue enggak betah dengan jurusan gue sekarang. Ini cukup menarik, gue dapet nilai lumayan, dan ya, seenggaknya gue masih gue yang tipe anak nerd tukang nyatet dan berujung dengan catetan yang selalu di fotkop sebelum ujian sama temen-temen gue. Tapi hidup tanpa mimpi itu, datar. Enggak ada tantangan, sometimes gue malah merasa hidup gue enggak ada rasanya. Hambar.
Beberapa minggu lalu, gue punya kesempatan buat liburan ke Singapore, saat gue jalan-jalan di sebuah mall, ada pameran foto dan lukisan, dan gue tertarik sama satu dinding yang memajang lukisan/foto dengan dua objek utama, pintu dan cahaya. Gue baca keterangannya, dan ada kalimat yang bikin gue sedikit merenung saat itu.
“Why don’t we carry our own light and create our own door ?”
Kalimat sederhana. Tapi gue bisa merasa artinya yang dalam.
Sepanjang gue hidup, selama delapan belas tahun lebih, gue tumbuh jadi si anak penurut yang ber-image baik-baik, enggak pernah berontak sedikitpun, dan di mata gue haram hukumnya buat ngecewain orang di sekitar gue.
Dan saat gue jadi si gagal, otomatis gue mengecewakan semua orang, mengecewakan semua orang sampai gue enggak ngerti gimana caranya buat minta maaf dan nunjukkin rasa bersalah gue. Gue bahkan memutuskan untuk menjauh dari ‘hidup’ gue beberapa saat, karena gue merasa seluruh dunia mentertawakan kegagalan gue.
Saat kalimat itu terus berputar di kepala gue, tiba-tiba gue kepikiran tentang menulis. Gue bukan seorang penulis yang ‘mampu’ dan ‘baik’ tapi setidaknya gue selalu merasa nyaman saat gue melakukan kegiatan ini.
Klik. Menulis. My own door to lead me reach my own light.
Beberapa kali, gue mengutarakan keinginan gue untuk berhenti kuliah. Sekali lagi bukan karena gue enggak nyaman, tapi karena sampai saat ini masih ada pertanyaan di otak gue “apa ini yang benar-benar gue mau ?”. Gue tahu, gue enggak akan seberani itu untuk ngambil keputusan tersebut. I’m a big looser, anyway.
Kenapa harus berhenti kuliah ? Sederhana, karena gue bukan ingin jadi penulis dengan hasil karya gue terpajang di rak toko buku ternama dan menjadi best seller (Meskipun kalau kesempatan itu datang, gue akan sangat bersyukur), gue hanya ingin jadi penulis yang menulis untuk menenangkan hati tapi juga bisa menyentuh pembaca gue. Penulis yang menulis. Bukan penulis yang menghasilkan.
Yang mungkin akan terdengar sedikit gila, tapi gue ingin pergi dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, satu negara ke negara lain, mencari setiap titik kisah untuk gue tuangkan dalam tulisan-tulisan yang bikin batin gue sendiri nyaman. Bukan gelisah karena dikejar deadline.
Apa itu mimpi ? Atau malah hanya sekedar angan ? Gue enggak mau memastikan. Bermimpi masih jadi sesuatu yang menyeramkan buat gue. Saat gue berdiri di depan kaca dan mengingat ke belakang, saat itu bahkan rasanya bayangan gue lagi tersenyum sinis ke arah gue dan bilang “lo masih punya nyali untuk ngelihat diri lo sendiri ?! enggak punya malu setelah gagal meraih mimpi yang lo agung-agungkan sendiri ?!”
Apa yang sekarang bakal gue jalanin ? Tentu balik ke rutinitas gue, bangun pagi, kuliah, pulang, di rumah, tidur dan mengulanginya lagi dari awal di keesokkan hati. Membosankan ? Ya. Punya pilihan lain ? Ya. Berani melangkah ? Belum.
Gagal satu kali bikin gue terpuruk. Kegagalan kedua, gue terima dengan lapang dada dan mencoba untuk maju. Tapi yang ketiga, dunia gue berubah total. Gelap. Kosong. Tanpa mimpi.
astaga baaar you still too young & hv many chance.
BalasHapussatu saran gue bar jangan pernah menyesali yg udah terjadi
hidup lo buat masa depan bukan masa yg udah lewat
oke gue tau lo pernah gagal, gue tau gimana perasaan lo krna ya sama kaya lo gue juga pengen banget jadi bagian dari jaket kuning
tapi mau gimana lagi garis takdir ga menentukan gue disana
sama kaya lo mungkin sekarang lo di tempat dimana lo merasa ini bukan tempat lo, tapi coba pelan-pelan lo nikmatin
kalo lo udah biasa pasti rasanya bakal beda
coba lo pelan-pelan rubah sudut pandang lo, coba persepsi yg selama ini lo pake lo pegang teguh dilumerin satu per satu
berat? pasti. tapi ga ada salahnya untuk dicoba
tetep semangat yah bar, lo yg gue kenal lo yg ambisius bukan kayak mayat hidup kaya sekarang
dengan topeng lo yg luar biasa
sorry banget sekali lagi ini bukan mau ngeguruin atau kaya gimana
tapi setiap orang berhak mimpi begitupun elo bar
hmm bisa jd kan setelah lo lolos dari komunikasi lo lanjut s2 psikolog? ga ada yg tau lo kedepannya kaya gimana
anggap aja ini bagian dari petualangan hidup lo:)
masalah travelling itu lo jadiin salah satu goal yg bakal lo wujudin suatu saat nanti entah tahun besok, lusa atau mungkin beberapa tahun lagi? bisa jd kan?
arai, ikal mereka semua punya mimpi
dengan modal awal mimpi mereka bisa ngewujudinnya meskipun dengan berdarah-pdarah
keepsmile beibyy
gaada orang besar yg langsung punya jalan mulus, banyak rintangan banyak hambatan bahkan kadangkala lo mesti nyasar dulu sebelom sampe tempat tujuan
ceritalah, gue siap kok jd pendengarnya:)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus