Sabtu, 09 April 2011

isn't about him, but it

Mungkin ini berlebihan, tapi menurutku, tidak ada yang lebih menyesakkan daripada merindukan sesuatu yang kita tahu, tidak akan pernah bisa terulang, dan aku menyebutnya..


Kenangan.

Segala hal yang pernah terjadi, dan hanya terjadi satu kali. Jika aku boleh jujur, meski terasa memalukan, terkadang air mata jatuh bukan untuk ‘seseorang’ melainkan sebuah kenangan. Jejak-jejak masa lalu, yang entah mengapa datang begitu saja, memeluk jiwa dengan erat dan memaksaku untuk mengingatnya barang sejenak.

Kadang aku ingin melompat tinggi, meraih seluruh kenangan yang tersebar dan menyatu diudara, lantas mengumpulkannya dan menyimpannya dalam satu kotak, agar tidak ada satupun lagi yang menggangguku. Meski aku mengerti, membungkus kenangan, adalah membungkus kehampaan..

Namun aku juga menyadari, bahwa tanpa kenangan-kenangan itu, maka tidak akan ada aku hari ini, dan mungkin juga kamu. Tidak akan ada detik-detik, dimana aku luruh untuk mengenang apapun itu.

Tapi ini tetap saja menyebalkan. Bagiku. Aku telah mengalahkan waktu dan segala ketakutan untuk maju, tapi kenangan-kenangan itu, kadang menggelembung tiba-tiba dan menutupi pandanganku sejenak, membuatku kembali menatapnya, nya-dalam artian kenangan itu..

Meski di dalamnya, tentu ku akui, tetap ada dia.

Dan sekali lagi ku tegaskan, ini bukan tentang dia. ini tentang kumpulan kenangan, ataupun bagian darinya yang entah mengapa membuatku tidak nyaman. Aku benci harus mengakuinya, tapi terkadang segala pertahananku luluh lantah oleh kenangan, yang bahkan tak sampai beberapa menit menatapku dengan caranya yang memaksa.

Adilkah itu ? menurutku tidak.

Ia telah mengembalikan kepingan yang tanpa pernah sadar ia genggam dan terus melekat dalam dirinya, yang sempat membuatku layaknya arwah penasaran yang terus menghantuinya. Aku telah melengkapi segala susunan hatiku, dan langkahku telah menjadi ringan untuk mencintai diriku sendiri. Namun kenangan ini, rasa-rasanya ia tidak sepaham. Cengkramannya yang kuat, jujur saja, kadang membuatku melemah.

Dan yang paling aku benci dari semua itu adalah, ketika kenangan-kenangan itu terasah menjadi sedemikian menyengat dan kemudian mengalirkan air mata kerinduan, dan seolah menggambarkan aku sebagai pribadi yang rapuh. Padahal tidak. Hanya kenangan sialan itu membuatnya seperti ini.

Aku tahu, aku tak dapat mengusirnya, dan belum berhasil menepikannya. Tapi aku pastikan, kenangan itu akan tetap menjadi kenangan, bukan cerita yang berulang, bukan kisah yang dimulai kembali.

Kenangan, hanya akan indah dikenang, karena ia terjadi satu kali, bukan berkali-kali...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar