Kamis, 19 Mei 2011

Rasanya-lebih-parah-dari-patah-hati

ketika elo gagal dan terjatuh, semua orang akan bilang..

"Lo jatuh untuk bangkit lagi"

atau

"Masih ada kesempatan lain, jangan nyerah.."

ada juga yang

"Tuhan punya rencana indah di balik kegagalan lo hari ini"

itu semua bener, enggak ada satupun yang salah dan yang patut di persalahkan. tapi enggak salah juga kan, kalau sekali aja, lo ngerasa kcewa dan elo enggak ngerti gimana cara untuk ngikhlasin itu semua..

sepanjang hidup gue, gue bukanlah orang yang ambisius dan selalu ingin jadi yang terbaik. gue selalu mensyukuri semua yang gue dapetin, apapun itu sepahit-pahitnya. gue enggak pernah berharap banyak, gue ngejalanin hidup apa adanya..

dan banyak hal indah dalam hidup gue yang terjadi tanpa pernah gue harapkan dengan tinggi sebelumnya. gue enggak pernah berharap lulus dengan nilai baik dari SMA, toh gue tahu setahun gue di kelas dua belas semangat belajar gue menurun drastis, tapi nilai kelulusan gue ternyata cukup bisa dibanggakan meski enggak terlalu bagus.

waktu nyokap nyaranin gue untuk ikut pmdk sanata dharma, gue enggak berharap apa-apa, tapi nyatanya gue dapet pmdk itu di jurusan yang gue mau dari dulu, psikologi.

sama juga dengan hal-hal lainnya, gue enggak pernah ngotot untuk dapet nilai bagus di sekolah, bagi gue selama enggak perlu remidial gue udah cukup puas. gue juga enggak peduli kalau ada guru yang jadiin gue, anggeplah murid fave-nya, toh gue enggak pernah minta itu. enggak pernah ngira juga kalau ternyata gue bisa dapat rangking yang cukup membanggakan selama dua tahun berturut-turut. Tapi gue enggak pernah berharap semua hal itu..

sementara hal-hal yang selalu gue harapkan, malah enggak pernah terwujud..

waktu sd, gue pingin banget bisa masuk SMP 49, tapi kenyataannya nilai gue kurang dan gue masuk ke SMP gue dulu 128, sama-sama unggulan, dan pada akhirnya gue nemuin sahabat di sana.

berlanjut ketika gue lulus SMP dan berniat masuk SMA, nilai gue enggak terlalu tinggi waktu itu, dan SMA fave gue lewat begitu aja. tapi gue masih berusaha untuk nerima, dan ternyata semua baik-baik aja sampai akhirnya gue lulus kemarin..

tapi yang ini, mungkin ini lebai, tapi kaya yang ditulis di atas, rasanya lebih parah dari patah hati. nyeseknya, kecewanya, sakitnya, nyeselnya...gue mungkin cuma orang yang kurang bersyukur dengan apa yang udah gue dapetin sampai hari ini, tapi kegagalan gue dalam snmptn undangan itu..adalah kegagalan yang bikin gue ngerasa sakit lebih dari apapun.

gue masih selalu nangis sampai hari ini, padahal saat gue nulis ini udah berselang dua hari dari pengumuman itu, gue yang selama ini selalu berhasil untuk ngontrol emosi gue, jebol gitu aja semuanya. gue nangis berkali-kali, saat sendirian ataupun di depan sahabat gue. bahkan saat gue ngetik inipun mata gue masih berkaca-kaca. haha, menyedihkan ya gue ?

jujurnya gue sendiri enggak suka lihat gue kaya gini. kaya yang tadi pagi putri -temen-sebangku-gue- bilang, "semangat dong nin, biasanya kan elo yang paling semangat, biasanya elo yang ngasih semangat ke gue"

dan mata gue malah berkaca-kaca, gue tahu, ada seratus lima puluh ribu lebih siswa/i lain di luar sana yang sama kecewanya kaya gue, dan gue sendiri enggak tahu gimana cara nyembuhin perasaan ini. gue enggak mau ngedown, tapi memang gue udah down.

semua orang bener, banyak jalan lain menuju roma. snmptn undangan bukan satu-satunya pintu untuk gue bisa masuk ke PTN. tapi enggak pernah ada yang semudah kata-kata kan.

gue berusaha untuk enggak nulis pake emosi, karena suatu hari nanti gue pasti akan malu banget liat postingan ini dan menyadari betapa labil-nya gue.

beberapa jam  yang lalu gue mutusin untuk mulai buka-buka soal, seenggaknya gue berusaha berdamai sama keadaan gue, berusaha ikhlas walaupun belum bisa. gue sadar, gue enggak sepintar itu untuk mengharapkan undangan itu jatuh ke gue dengan cuma-cuma. gue tahu mental gue yang lemah untuk nerima semua ini..

ini blog gue, gue cuma cerita apa yang gue rasain hari ini..

-cheers-

Senin, 16 Mei 2011

bye..putih abu-abuers ;)


terimakasih untuk semua yang udah mendukung dengan doa dan semangat :)
postingannya menyusul..

Senin, 09 Mei 2011

Sahabat adalah............... ?

Sahabat..

Apa sih yang ada di pikiran lo kalau elo semua denger kata “SAHABAT” ??

Apa lo bakal jawab pertanyaan pasaran itu dengan jawaban klise, kaya ‘..sahabat itu orang yang akan selalu ada buat gue saat suka ataupun duka..’ atau ‘..sahabat itu orang/sekelompok orang yang memiliki kesamaan sama gue luar dalam..’

Jawaban kaya gitu memang enggak salah, gue sendiri pernah memberikan jawaban seperti itu ketika ada yang bertanya sama gue, apa itu sahabat. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, jawaban itu bukan jawaban yang tepat menurut gue..

Dan akhirnya pendeskripsian sahabat menurut gue adalah kaya gini :

Sahabat yang paling jujur adalah sahabat yang ikut mentertawakan elo..

Kedengarannya memang sadis banget sih, gila aja kan elo bikin suatu hal jadi berantakan dan elo menemukan sahabat lo juga lagi asik ngetawain lo. Tapi buat gue inilah sahabat yang jujur, karena mereka manusia men, munafik kalau mereka cuma diem tanpa ekspresi ketika ngeliat elo lagi ‘konyol’ or do something stupid. Lagipula menurut gue elo sendiri pasti akan ketawa kan kalo liat sahabat lo kepleset di koridor sekolah atau sahabat lo dandan ala ondel-ondel. Yang perlu lo pastiin cuma satu, meskipun mereka ikut tertawa, tapi tangan-tangan merekalah yang pertama kali terulur ke arah lo dan membantu lo..

In case, gue contohnya. Kaya yang udah gue tulis sebelum-sebelumnya, gue bersahabat dengan Dita Listi Galuh, dan gue memang masih punya sahabat yang lain, tapi untuk kali ini gue mau membahas tentang mereka (lagi). Sometimes tanpa gue sadari, gue suka ngomong dengan bahasa yang terlalu baku, kaya nyebut ‘becak’ dengan hentakan ‘k’ di ujungnya, atau ‘tahu’ yang saat itu gue maksud adalah ‘tau’ tapi gue melafalkannya tetap dengan huruf ‘h’ yang kental. Dan mereka bertiga selalu ketawa ngakak, sengakak-ngakaknya setan deh, hahaha, bahkan kadang gue curiga mereka sengaja nyari-nyari kesalahan gue dalam pengucapan untuk sekedar di ketawain. Ohya satu lagi, aibnya gue itu cadel, jadilah ketika ada kata yang terdiri dari banyak huruf ‘r’ gue akan sangat kesulitan, dan lagi-lagi mereka bakal tertawa.

Bikin kesel sih pasti. Tapi memang itu adanya gue, dan mereka menerima itu. Dan itu adanya gue yang memang bikin mereka ketawa. Mereka selalu berani ketawa dengan mulut paling lebar dan volume paling kenceng tepat di depan muka gue, bukan-di-belakang-gue, mereka enggak munafik, mereka manusia normal, dan ujung-ujungnya toh mereka bakalan tetap bakalan bilang ‘maaf’ mereka juga akan ngoreksi kesalahan gue, dan bagi gue ini yang paling penting. Ketimbang sahabat yang selalu nge-iya-in semua kata-kata lo bahkan ketika lo bilang mau bunuh diri misalnya, heloooo..sahabat adalah editor dalam buku kehidupan lo !

Sahabat yang paling setia bukan mereka yang siap sedia di samping lo selama 24jam..

Sahabat bukan apotek, bukan juga UGD atau circle K, hahaha. Mereka manusia biasa yang butuh tidur, butuh makan dan butuh privasi. Dia bukan kacung lo yang setia kemana-mana ngintilin elo. Ketika elo yakin persahabatan elo telah terbentuk dengan seseorang/lebih, percaya sama gue, tanpa perlu selalu ada mereka di sebelah lo secara raga, mereka akan tetap jadi orang yang bertahan sampai akhir dalam hidup lo. Jangan pernah menahan sahabat lo untuk tetap diam di samping lo, itu namanya elo egois.

Gue, Dita, Listi dan Galuh sekolah di SMA yang beda-beda, kita kenal di SMP yang sama dan nasib kita masing-masing enggak ngijinin kita untuk terus  bareng-bareng di SMA. Awal-awal kita semua sama-sama takut persahabatan kita akhirnya berhenti di tengah jalan. Tapi alhamdulillah sampai hari ini, kita masih berdiri di garis persahabatan yang sama dan semoga akan terus seperti itu sampai nanti. Beda sekolah, pastinya bikin kita beda teman pergaulan. Dan gue rasa, sampai saat ini, enggak ada satupun dari kita yang merasa di lupain cuma karena masing-masing dari kita menemukan teman yang baru.

Ibaratnya kaya rumah, kalau sebuah rumah dibangun dengan pondasi kepercayaan dan kebersamaan yang kuat. Kemanapun perginya penghuni rumah itu, akan ada waktu dimana dia akan kembali ke dalam rumahnya. Dan mungkin itulah persahabatan kita berempat.

Tiga tahun ini di SMA, jalan bareng dengan formasi lengkap masih bisa dihitung pakai jari tangan deh, padahal mungkin masing-masing dari kita bisa berkali-kali jalan sama teman-teman kita di sekolah. Tapi bukan berarti persahabatan ini pudar dan kita jadi enggak setia satu sama lain. Percaya atau enggak, setiap gue ataupun salah satu dari mereka punya masalah, kita selalu tahu. Diam-diam, kita sering ngelihatin tweet masing-masing dari kita satu-satu, cuma untuk ngecek, sahabat gue baik-baik aja kan. Dan ajaibnya, misalnya gue tiba-tiba galau, terus gue ngetweet sesuatu yang kesannya gue punya masalah, padahal pas ngetweet itu gue udah mastiin kalau di timeline enggak ada salah satu dari mereka yang obline. Tapi eng-ing-eng..beberapa menit kemudian, ada aja dari mereka yang mention gue dan enggak jarang langsung sms gue. Begitupun juga gue. So, sahabat itu tentang jiwa yang bersatu sob, bukan cuma tentang tangan-tangan yang saling bertaut.

Sahabat yang peduli bukan sahabat yang nerima lo apa adanya..

Bukan berarti juga yang nerima lo ada apanya ya. Menerima seseorang dengan segala kekurangan dan kelebihan mereka memang kunci awal untuk memulai sebuah hubungan yang harmonis. Tapi enggak harus selamanya kaya gitu. Khususnya di bagian sifat lo yang bad-side-nya.

Bukan sahabat namanya kalau dia terus maafin elo karena keegoisan lo. Bukan sahabat namanya kalau dia terus ngebiarin elo jadi pemakai-narkoba-misalnya walaupun mungkin sialnya-itu-satu-satu-nya-hal-yang-bikin-lo-bahagia. Bukan sahabat namanya kalau dia diem aja ketika sahabatnya terus neriakin kata-kata kasar tanpa diayak. Bukan sahabat namanya kalau dia mendukung elo karena sifat lo yang terlalu baik.
Itu sama aja, kaya elo lagi jadi api dan sahabat lo malah jadi bensin, bukan jadi air. Gue menerima sahabat gue apa adanya, dan sahabat gue pun demikian. Tapi di beberapa kasus, kita enggak ragu-ragu untuk negur atau malah marahin dan kadang sampai ngediemin ketika apa yang kita perbuat udah kelewat batas. Gue adalah orang yang enggak tegaan, di satu sisi mungkin itu baik, tapi di sisi lain sahabat gue jelas-jelas tahu kalau itu berbahaya buat gue sendiri. Dan mereka orang yang selalu meyakinkan gue untuk lebih tegas dalam ngambil keputusan. Enggak jarang kalau gue lagi kena masalah, merekalah yang maju duluan karena mereka tahu gue enggak akan mempermasalahkan masalah itu dan maafin itu gitu aja. Lebih dari sekedar menerima lo apa adanya, sahabat yang sesungguhnya memberi jawaban terbaik untuk ‘apa’ dan menyaring yang telah ‘ada’ dalam diri lo.

Sahabat yang paling asik adalah mereka yang sifatnya bertolak belakang dari sifat lo..

Perbedaan itu indah. Dan gue sangat mengamini hal tersebut. Buat gue perbedaan itu adalah lambang tentang kebersamaan sejati yang paling nyata. Begitu juga persahabatan yang isinya penuh dengan segala perbedaan.
Kita berempat itu beda banget. Dari segi pemikiran, selera musik, pelajaran sampai hal-hal kecil lainnya. Kita jarang punya idola yang sama. Gue sama Galuh malah selalu berseberangan kalau soal bola. Dita yang obsesinya di jalur desain-grafis-foto-gambar hal-hal yang akan selalu gue jauhi, karena gue enggak berbakat seni. Galuh yang beberapa tahun terakhir ini terobsesi dengan korea dan Kim Heechul-nya Super Junior. Listi yang..err...elo apa ya lis ? hahaha...sebagai satu-satunya orang yang punya pacar di antara kita, dia pastinya yang harus paling pinter-pinter ngebagi waktu, dan gue yang udah sebesar ini dan masih terobsesi sama Idola Cilik, Alvin khususnya, haha.

Dalam bidang musik atau film juga kita beda, mereka lebih suka yang ber-bau (?) luar negeri sementara gue selalu membanggakan yang dalam negeri haha. Listi pinter banget hitung-hitungan dan gue benci banget sama angka. Galuh satu-satunya IPA di antara kita ber-empat dan gue enggak pernah suka pelajaran IPA. Dita itu Hi-teck dan gue Gap-teck, hahaha. Masih banyak lagi perbedaan gue dan mereka, dan masing-masing dari kita. Perbedaan ini memang rawan banget untuk pencipta konflik, dan enggak gue pungkiri ada satu-dua kali kita berantem gara-gara perbedaan persepsi.

Tapi percaya deh, dengan perbedaan-perbedaan itulah hidup jadi lebih berwarna. Kita jadi lebih tahu banyak hal, enggak dari satu sisi, enggak cuma dari mata kita, melainkan dari orang lain di sekitar kita, dan itu menyenangkan. Dan dari perbedaan-perbedaan inilah, gue dan mereka belajar untuk saling tenggang rasa dan bertoleransi. Dengan bertoleransi kita akan saling mengerti dan ujung-ujungnya bakal saling melengkapi juga menguatkan satu sama lain. Tuhan aja menciptakan dunia dengan banyak warna, jadi kenapa kita harus menggambar buku harian persahabatan kita hanya dengan satu warna ?  

Sahabat terbaik adalah....

Enggak ada definisi apapun untuk sahabat terbaik. Karena baik itu relatif, semua orang berhak menilai yang terbaik itu kaya apa.

Bagi seorang dokter sahabat terbaik mungkin stetoskopnya
Bagi seorang guru sahabat terbaik mungkin murid-muridnya yang sukses
Bagi seorang penjual daging sahabat terbaik mungkin peternak sapi
Bagi seorang wartawan sahabat terbaik mungkin masalah-yang-tak-kunjung-henti
Bagi seorang pemakai sahabat terbaik mungkin lintingan ganja dan jarum suntiknya
Bagi seorang penulis sahabat terbaik mungkin pena dan kertas

Dan bagi gue, cukup mereka terus ada dan mempercayai gue. Gue udah sangat akan berterimakasih dengan kehadiran mereka. Di banding mereka, gue enggak ada apa-apanya. Gue masuk SMA negeri yang biasa-biasa aja, bukan yang unggulan kaya mereka, gue selalu jadi yang paling ngerecokin kalau lagi belajar bersama karena gue males banget belajar, gue yang suka marah-marah kalau mereka udah ngeberantakkin kasur dan kamar gue, gue yang kadang jadi sok bossy dan sok tahu ke mereka semua, gue yang takut ketinggian dan parnoan, gue yang enggak ikut satupun ekskul di sekolah dan bukan bagian dari OSIS ataupun MPK, gue yang cupu dan anak rumahan banget, gue yang kalau lagi foto bareng-bareng gayanya paling enggak ekspresif, gue yang sensitif dan cengeng, gue yang belum bisa ngasih banyak untuk mereka.

Tapi jadi apapun gue nanti, kalau gue jadi penulis, gue pastiin nama mereka bakal terpampang lengkap dan jelas di ucapan terimakasih buku gue, kalau gue jadi psikolog, gue bakalan ngasih free-consul untuk mereka, kalau gue nikah nanti, gue mau mereka yang jadi pendamping gue. Intinya, yang terbaik dalam definisi gue adalah, terbaik itu enggak akan selalu jadi yang pertama tapi sadar ataupun enggak akan selalu diutamakan.

Jadi, apa definisi kalian tentang SAHABAT ?

-cheers-